Zetizen.com, Bandung – Setelah absen sekitar 3 tahun, pada Sabtu (27/8), Bandung Zine Fest 2016 kembali dihelat di Spasial, Sumur Bandung. Zine adalah majalah yang diproduksi secara independen oleh personal maupun kelompok dengan berbagai konten yang bebas. Hiruk pikuk pengunjung yang mencapai sekitar 500 orang membuktikan, pada era modern yang serbadigital ini, media cetak masih memiliki pesona magisnya tersendiri. Psst! Ternyata ada beragam hal unik loh dalam pesta literasi yang satu itu. Apa aja? Mari baca! (ren/c14/dri)
1) Dari Punk hingga Kucing
Zine dengan konten hard core atau punk bukanlah sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Sebelum menjamurnya kanal-kanal internet seperti hari ini, zine adalah salah satu media alternatif bagi band-band anti-mainstream untuk promosi. Namun, pada Bandung Zine Fair kali ini, zine hadir dengan berbagai wajah baru. Kalian akan menjumpai zine yang cult hingga cute. Salah satunya adalah Purrfuct. Ketika yang lain sibuk memuat review musik dan arts, atau memanifestasikan pendapat bahwa dunia sedang nggak baik-baik aja, Purrfuct justru ngegosipin soal hewan berbulu lebat ini. Purrfuct adalah majalah yang ditulis Titah A.W. dan Yonaz Kristy. Mereka juga akan merilis sebuah buku yang membahas soal kucing. Mulai behavior hingga horizontal conflict yang terjadi karena hewan yang menggemaskan tersebut!
2) Zine on the Spot!
Pernahkah kalian tebersit untuk membeli buku yang disusun sang author tepat di depan mata kalian? Bukan suatu kecerobohan. Itulah kesengajaan. Nah, hal-hal khayali seperti demikian menjadi kenyataan di Bandung Zine Fest pada Sabtu lalu. Manikera adalah pelakunya. Zine yang dibidani Tomi Wibisono dan Sekar B. itu dibuat dengan cara menempel setiap artwork dalam halaman, langsung di tempat! Wah, nggak kebayang kan gimana serunya? Dalam wawancara bersama tim Zetizen, Tomi, penulis muda buku Questioning Everything, memberikan penjelasan. ’’Jadi, kenapa aku tempel di tempat? Aku mau kasih tahu cara bikin zine. Nah, jadi aku live gitu sih sekalian nunjukin sama orang-orang,’’ ujar Tomi.
3) Fotokopi Sesuka Hati
Zine adalah media alternatif yang nggak mempunyai suatu batasan sedikit pun. Beragam pemikiran bebas dituangkan di dalamnya. Jika banyak penulis buku yang selalu mewanti-wanti untuk nggak memfotokopi atas nama perlindungan hak cipta, berbeda dengan zine. Pada Bandung Zine Fest kemarin, berbagai zine dari penjuru dunia bebas difotokopi dan digandakan sesuka hati kalian dengan hanya mengganti ongkos cetak Rp 400 per lembar.
4) Didanai secara Kolektif dan Ajang Reuni!
Tanpa mengingkari semangat DIY (do it yourself), Bandung Zine Fest selalu didanai secara kolektif. ’’Emang, sejak 2012 kami selalu membudidayakan patungan sih. Event ini sekaligus kami gelar untuk ajang reuni dan sharing dari para zinemaker. Awalnya dari Bandung aja, tapi lama-kelamaan udah menjadi event nasional. Bahkan dihadiri self-publisher zine dari internasional,’’ ungkap Deden, ketua Bandung Zine Fest.
5) Menghadirkan Lebih dari 1.500 Zine dari Segala Penjuru Dunia
Menurut Deden, Bandung Zine Fair telah menjadi event skala internasional. Sebab, lebih dari 1.500 zine hadir dalam Bandung Zine Fair dan jumlahnya selalu bertambah setiap bulan. Wah, kebayang nggak sih dibutuhkan waktu berapa lama buat membaca habis semua zine itu? Ternyata zine-nya nggak cuma berasal dari Indonesia. Para zinemaker dari Amerika Serikat, Spanyol, Malaysia, Singapura, bahkan Meksiko turut men-support acara yang rencananya rutin diadakan setahun sekali tersebut.
6) Tak Ada Uang Bukan Masalah!
Nggak ada uang bukan masalah jika kalian memiliki karya. Pada Bandung Zine Fest kali ini, para zinemaker akan dengan senang hati menukar zine bikinannya dengan karya milik kalian. Tujuannya, terjalin keakraban antara penulis dan pembaca. Terlebih, dengan adanya sistem trading itu, kita diajarkan menikmati tentang indahnya berbagi, guys!