Are You a Zetizen?
Show Menu

Wregas Bhanuteja: Berbekal Kenangan Masa kecil, Juarai Festival Film Cannes dengan Prenjak

Zetizen Zetizen 04 Aug 2016
Wregas Bhanuteja: Berbekal Kenangan Masa kecil, Juarai Festival Film Cannes dengan Prenjak

 

Zetizen.com -  Di kalangan pecinta film pendek, siapa tak kenal wregas Bhanuteja? Mahasiswa lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini namanya melonjak lewat film terakhirnya, Prenjak, yang sukses menyabet gelar di cannes International Film Festival, Perancis, bulan Mei 2016 silam.

 

Cerita Sarat Nilai Personal

Pengalaman pribadi, adalah sesuatu yang selalu ia gubah untuk menjadi bahan film nya. Sangat terasa saat kelima filmnya ditampilkan Jumat (29/07) kemarin. Tak heran, ia selalu menuai prestasi dalam setiap karyanya, bahkan sejak kelahiran karya pertamanya. Seperti halnya, Senyawa yang dibuatnya tahun 2012, sudah unjuk gigi di Freedom Film Festival, Malaysia pada 2013 silam. “Film pendek disini adalah sebuah medium alternative, untuk menceritakan cerita secara utuh dan apapun yang tidak kita dapat di Televisi maupun Bioskop,” tutur pria kelahiran 1992 ini.

Pasca meraih kesuksesan pada debut karya nya, wregas Bhanuteja tak lantas berpuas diri. Hal itu dibuktikan dengan film keduanya, Lembusura (2012). Film ini menceritakan mengenai bagaimana orang jawa menikmati sebuah bencana. Dengan eksplorasi visual yang tidak umum, film ini menceritakan bencana meletusnya gunung Kelud yang dialami kota tempat tinggalnya, Yogyakarta.  

Lembusura sukses menuai banyak pujian sekaligus menjadi film pertama wregas yang melambungkan namanya dalam ranah perfilm-an mancanegara. Berbagai festival international berhasil ditembusnya, nama-nama festival besar seperti, 65th Berlin International film festival – Berlinale Shorts Competition (2015), 39th Hong Kong International film festival (2015), Imagine Science Film Festival, New York (2015), dan Asian Film & Video Art Forum, Seoul – South Korea (2015), berhasil wregas okupasi melalui karyanya.

Dalam suatu sesi wawancara, seorang audience melempar pertanyaan mengenai apa yang membuat wregas nyaman dalam berkarya, dengan lugas ia menjawab “Yang menjadikan saya nyaman dalam berkarya adalah, saya tidak menjadi orang lain atas dalam suatu karya tersebut.”

 

Sampaikan pesan di Durasi Terbatas

Durasi pendek dalam setiap karya nya, bukanlah menjadi penghalang wregas untuk menyampaikan pesan. Alih-alih menjadi penghalang, malahan ia menyatakan bahwa dengan durasi yang singkat, ia dapat menyematkan pesan dalam film yang ia buat secara ringkas dan padat.

Mengaku sempat magang di salah satu Sutradara kenamaan yakni Riri Riza pada film Sokola Rimba (2013), wregas menuntaskan masa akhir pendidikanya di IKJ dengan suatu karya yang mungkin akan ia dan audience kenang untuk selama-lamanya, yakni Lemantun (2014). Karya yang menjadi Tugas Akhir itu, ternyata bukanlah akhir dari kisah wregas juga pada dunia perfilman. Melainkan, Lemantun lah yang menghantar nama Wregas. untuk melangkah lebih jauh. Pasalnya, film yang wregas akui sebagai karya favoritnya ini, menyapu bersih penghargaan dari semua kategori pada XXI Short film festival 2015

Sederet prestasi tersebut membuat namanya tak pernah berhenti dibicarakan di ranah perfilman Indonesia, bahkan mancanegara. Dan puncaknya, karya terbarunya yang berjudul prenjak semakin mengkokohkan namanya dengan menyabet juara sebagai film pendek terbaik pada ajang cannes International Film Festival, yang digelar di Paris pada bulan mei lalu.

 

 

Tampilkan Sejarah Apa Adanya

Memiliki alur cerita yang cukup sederhana, seluruh film wregas dapat dikatakan tak pernah jauh dari realita yang dialaminya. Prenjak, film pendek yang bercerita mengenai prostitusi menggunakan korek, sangat kentara dan sarat akan segala sejarah yang wregas tolak untuk lupakan.

Semasa kecil, wregas memang memiliki teman yang menceritakan padanya mengenai prostitusi korek api. Meski bagi sebagian orang itu merupakan hal tabu, ia memutuskan cerita itulah yang akan divisualkan menurut pandanganya. Dengan tujuan awal bahwa dirinya ingin menjaga sejarah dan menolak untuk menghapusnya.

Ia pernah menyampaikan dalam suatu wawancara, bahwa dirinya mengutamakan kejujuran dalam setiap filmnya. Jadi, realita seperti yang ada dalam film prenjak pun, tak pernah wregas sembunyikan. Ia juga berkata bahwa bagaimana pun, itu adalah bagian dari sejarah. Dan, harus diwariskan dan diketahui oleh anak cucu kita kelak.

Saat ditanya apa kesibukan ia saat ini, dan mungkinkah ia akan membuat film panjang? Dengan entengnya pria berambut gondrong ini mengungkapkan “Saat ini saya sedang menikmati masa liburan saya di paris, dan nanti pasti saya akan membuat film panjang. Saya rasa ini sudah waktunya, namun sejujurnya mengenai ide dan konsep memang sudah ada beberapa, namun hingga detik ini, saya belum menentukan apapun. Udah niat aja udah bagus, toh? “ Jawab pria kelahiran Yogyakarta ini sambil terkekeh. (ren/giv)

RELATED ARTICLES

Please read the following article