Duo Dian Sastro dan Nicholas Saputra kembali menyapa lewat film terbarunya, Aruna dan Lidahnya. Disadur dari buku dengan judul yang sama karya Ayu Utami, film ini mulai dirilis sejak 27 September kemarin. aruna dan lidahnya mengangkat kisah yang sederhana tentang Aruna (Dian Sastro) dan Bono (Nicholas Saputra), sahabatnya. Keduanya suka bertualang di berbagai wilayah untuk kulineran. Kebetulan, perjalanan kali ini sekaligus membuka luka lama dengan kehadiran Fariz (Oka Antara) dan Nad (Hannah Al Rashid). Premisnya simpel. Malah cenderung biasa aja dan gampang ditebak. Tapi soal sajian musik dan pengambilan gambarnya, jangan ditanya. Its more than just great! Its superb!

Kesederhanaan itu terpampang jelas dalam sinopsisnya yang hanya menginfokan bahwa Aruna suka kulineran. Titik. Nggak ada info tentang jalan cerita, atau mungkin petunjuk apa peran Hannah Al-Rashid dan Oka Antara. Apakah mereka berdua akan menjalin kisah Cinta segi empat, atau gimana. No spoiler, here's the stories.

Aruna yang bekerja di salah satu perusahaan yang mengantisipasi wabah, mendapatkan tugas untuk mendeteksi flu burung yang diperkirakan sedang tersebar. Bono yang diceritakan sebagai chef, berkeras ikut karena ingin kulineran. Mereka pun berangkat ke empat kota; Surabaya, Pamekasan, Pontianak, Singkawang. Usut punya usut, di Surabaya mereka bertemu dengan Fariz, mantan rekan kerja Aruna yang menyimpan sekelumit masa lalu dengannya. Juga dengan Nad, kawan Bono dan Aruna yang lama tinggal di Perancis dan memutuskan untuk pulang demi melanjutkan buku kulinernya. Kemudian, perjalanan kerja yang berpadu dengan kuliner pun dimulai.

Selama 106 menit, kira-kira ada beberapa hal yang bikin film ini jadi super istimewa. Pertama, makanannya! Dari Rawon Surabaya sampai Nasi Goreng Singkawang, kamu bakal dimanjakan dengan ramuan bumbu-bumbu lezat yang dilahap sedemikian nikmat, ditambah dengan ASMR atau suara-suara ketika sedang makan. Tentunya, hal ini jadi pengalaman baru dalam menonton film.

Kedua, lipstik! Dear Boys, please jangan mengeluh kalau sepulang dari bioskop, kamu langsung ditarik ke toko kosmetik oleh para pacar. Please please jangan salahkan kami yang jatuh hati pada lipstik Nad dan Aruna yang berwarna terang dan tetap awet meski makan makanan enak. Para penata rias disini benar-benar bisa memadu madankan warna lipstik, outfit, dengan suasana hati para pemeran. Ciamik!

Ketiga, romantis apa adanya. Mungkin banyak dari kita yang anti menonton film romance karena malas dengan adegan menye-menye atau menangis di bawah hujan sampai tiba-tiba muncul di depan rumah bawa bunga. Di Aruna dan Lidahnya, kamu menemukan keromantisan dari cara lain. Mulai dari dibuatkan makanan sambil saling berdiskusi, mendebatkan suatu hal yang berujung pada pelukan, atau hal sederhana seperti membenahi masker. Dijamin, pulang dari nonton kamu bisa mengantongi strategi untuk bikin doi bahagia.

Dan keempat, musik! Edwin yang duduk di kursi Director tahu betul cara meramu adventure-movie yang mampu mengajak penontonnya untuk ikut berpindah dari satu kota ke kota lain. Lagu-lagu lawas dengan nada yang melambai seperti Tentang Aku yang dibawakan Andien hingga Lamun Ombak dari Mondo Gascaro siap menciptakan kombinasi rasa laper dan baper. Untuk generasi milenial, ini dia film yang pas untuk kamu tonton kalau mau tahu lagu-lagu yang didengar ortumu waktu pacaran dulu.

Satu-satunya yang menjadi koreksi adalah premis. Kisahnya nggak jauh beda dari anekdot tentang Cinta lainnya. Bertemu seseorang dari masa lalu, menguak rahasia, memberanikan diri untuk mengutarakan, hingga mencari jati diri. Dengan pemeran sekelas Dian Sastro dan Nicholas Saputra, a little bit plot twist will make it perfect!

Rating Zetizen 7.5/10