Zetizen.com - Kita sudah bahas situs-situs favorit Zetizen buat nonton indie movie di link ini, nggak lengkap dong rasanya kalau kamu nggak kenalan sama filmnya. Yap, film yang diproduksi secara independen ternyata nggak kalah menarik kok sama film-film yang tayang di bioskop. Nggak percaya? Coba deh simak beberapa Film indie rekomendasi Zetizen di bawah ini!
(may/c14/dri)
Mengusung kisah Togar (Yoga Mohamad), seorang sarjana yang mengais rupiah dengan menjadi sopir ojek, film tersebut terasa makin relate dengan citra Jakarta sebagai kota urban. (youtube)
Yap, project film yang diinisiatori Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jakarta dan Studio Antelope ini bertujuan menceritakan situasi ibu kota negara secara apa adanya. Melalui Balik Jakarta pula, Jason Iskandar sebagai writer yang merangkap director ingin menunjukkan daily activities dan ingar-bingar kota metropolitan.
’’Pulang ke Jakarta selalu menyenangkan, tapi juga menjengkelkan pada saat yang bersamaan. Menyenangkan karena kota ini dipenuhi ’ledakan-ledakan’ yang jenaka dan mengasyikkan. Menjengkelkan karena kota ini memiliki segudang masalah yang menguji kita. Namun, dua hal yang pahit dan manis ini justru membuat saya makin menyukai Jakarta atau setidaknya makin peduli dengannya,’’ tutur Jason sebagaimana yang dilansir melalui Studio Antelope.
Film kolaborasi itu makin worth buat ditonton berkat alur ceritanya. Mengusung kisah Togar (Yoga Mohamad), seorang sarjana yang mengais rupiah dengan menjadi sopir ojek, film tersebut terasa makin relate dengan citra Jakarta sebagai kota urban.
Dalam film itu, diceritakan bahwa dia mendapat pelanggan seorang bule bernama Günther (Frédérik Neust), seorang turis Jerman yang membawa secarik foto rumah masa kecilnya di daerah Kebayoran. Kelihatannya sih Togar tinggal antar, tapi pembangunan Kota Jakarta yang pesat justru menyulitkan usaha mereka sehingga tercipta kesan lucu dan mengharukan dalam film berdurasi 25 menit tersebut.
Being rich is not about how much you have, but about how much you can give. Begitulah pesan moral yang akan kamu dapatkan ketika menonton film pendek karya Daniel Yam yang berasal dari Singapura. Mengangkat nuansa sedih dan mengharukan, Daniel berkisah tentang seorang anak laki-laki yang diperankan Yoro Tan.
Sebagai anak dari seorang ayah yang bekerja serabutan, dia merasa nggak bangga dengan kondisi ekonomi keluarganya. Bertekad lebih sukses daripada sang ayah, dia pun belajar lebih keras hingga meraih beasiswa di sebuah universitas ternama dan akhirnya sukses. Tapi, seolah tenggelam dalam kesibukannya, dia justru lupa diri dan nggak sempat mengunjungi ayahnya.
Hingga suatu hari, sang ayah meninggal. Selepas kematian itu, barulah dia menemukan fakta mengejutkan yang justru mengubah rasa bencinya kepada sang ayah menjadi kekaguman. Penasaran? Tenang aja, kamu bisa mencari jawabannya dalam film berjudul Gift.
’’Kali pertama dikenalkan dengan film ini, saya langsung jatuh cinta. Gift sangat menginspirasi saya, terutama sebagai salah seorang filmmaker pemula,’’ kata Aji Okta, salah seorang anggota komunitas film di Surabaya. Well, cus deh tonton film berdurasi 7 menit 30 detik tersebut!
Kali ini giliran short movie genre horor yang jadi rekomendasi dari Zetizen. Film garapan Joko Anwar ini merupakan salah satu project antologi horor silent terror. Walau hanya berdurasi 9 menit 21 detik, film ini sukses bikin adrenalinmu terpacu sekaligus merenungi diri sendiri. Loh, kenapa?
Grave Torture alias siksa kubur ini bercerita tentang seorang anak kecil yang rindu kepada ayahnya yang baru aja meninggal. Berbekal korek pemberian sang ayah yang merupakan seorang pembunuh berantai semasa hidup, si anak akhirnya masuk ke peti. Secara nggak terduga, dia malah terkunci dan terkubur bersama jenazah ayahnya.
Nah, yang bikin makin merinding adalah scene ketika anak kecil yang diperankan Andro Trinanda Lukito harus melihat langsung sang ayah mengalami siksaan atas perbuatannya di dunia. That’s why, selain menegangkan penonton, Grave Torture bakal membuat siapa pun enggan melakukan kejahatan.