Zetizen.com – Bagi penggemar novel karya Ika Natassa, kalimat di atas tentu udah nggak asing dong. Yap, kalimat itu menjadi salah satu trademark salah satu novel bestseller Ika, Critical Eleven. Setelah lama dinanti, film adaptasinya yang dibintangi Reza Rahadian dan Adinia Wirasti akhirnya dirilis kemarin! Bagaimana hasilnya?
Ika Natassa memang ahli meramu karakterisasi kuat sehingga selalu melekat di hati pembaca. Siapa sih yang nggak fangirling sama karakter Harris Risjad, Keara Tedjasukmana, Tanya Baskoro (Anya), dan Aldebaran Risjad (Ale)? Oleh karena itu, memilih pemain yang tepat seharusnya menjadi tantangan para kru di balik film Critical Eleven.
Sejak kabar pembuatan filmnya muncul, para penggemar sibuk menyebutkan nama-nama aktor yang pantas memainkan karakter favorit mereka. Khususnya Ale dan Anya, sang karakter utama. Ale digambarkan super dreamy sebagai sosok suami idaman dan Anya digambarkan sebagai wanita urban independen. Hal itu bikin penggemar berekpektasi tinggi.
It turned out Reza Rahardian dan Adinia Wirasti lah yang dipercaya memerankan Ale dan Anya. Awalnya, keputusan ini terkesan gambling karena mereka sudah lekat dengan banyak karakter. Sebut aja, Reza dengan Habibie-nya dan Adinia dengan Karmen AADC-nya. Pembaca bisa sulit membayangkan mereka sebagai the real Ale dan Anya.
Tapi, kemampuan akting mereka yang nggak perlu diragukan lagi bikin karakter Anya dan Ale yang kompleks bisa tersampaikan dengan sempurna kok. Jadi, nggak usah khawatir gagal baper deh sama akting mereka!
Nggak cuma jago membangun karakter, Ika juga punya skill membangun plot yang bikin emosi naik-turun. Bersama Jenny Jusuf dan Monty Tiwa, sensasi ‘‘mengocok’’ emosi masih dihadirkan. Mulai dari kebahagiaan Ale-Anya sebagai pengantin baru dengan latar New York sampai ikut depressed dan geregetan melihat ‘‘perang dingin’’ mereka.
Tapi, buat yang sudah baca novelnya, jangan kaget dengan alurnya ya. Dalam novel, sejak awal kita disuguhi konflik Ale dan Anya yang penyebabnya kita ketahui belakangan. Sedangkan dalam film, the storyline will be completely in tune alias super runtut. Mulai mereka bertemu pertama kali, jatuh cinta, menikah, punya konflik, dan seterusnya. Yap, nggak bakal ada curiousity aspects seperti dalam novel.
Namanya film adaptasi novel, tentu sulit untuk nggak membanding-bandingkan versi novel dan film. Relax, it’s normal. Untungnya, Ika masih mempertahankan banyak unsur dari novelnya. Misalnya, cara komunikasi ala kaum eksekutif-urban yang jadi ciri khas novel-novel Ika Natassa.
Yes, dalam film, percakapan dalam bahasa Inggris-Indonesia antara Ale dan Anya jadi ciri khas yang ‘‘Ika banget’’. Tapi, berbagai adegan dan gimmick tambahan bakal siap memberi kejutan. Misalnya, peran keluarga Ale yang cuma digambarkan sekilas dalam buku bakal memegang peranan penting dalam film. Tentu bukan tanpa alasan dong aktor-aktor sekelas Widyawati, Slamet Rahardjo, sampai Revalina S. Temat didapuk sebagai keluarga Ale?
Oh ya, ada beberapa dramatical scenes juga yang cukup nyeleneh dan nggak bakal kamu temukan dalam novel nih! Penasaran kan? Nonton di bioskop dong.
*********
Overall, Critical Eleven tentu jadi salah satu film Indonesia yang wajib diapresiasi. Buat yang belum baca novelnya, film ini cocok buat pecinta film romantis yang bikin baper. Sedangkan buat penggemar novelnya, film ini tetap harus ditonton. Meski kamu mungkin bakal mempertanyakan beberapa scene yang nyeleneh dan cenderung melebih-lebihkan versi novel, you should at least satisfy your curiosity towards Ale and Anya. Ya nggak?
| Editor: Ratri Anugrah