Zetizen.com – Bagaimana rasanya hidup terisolir dan diselimuti rasa pesimis? Perasaan itulah yang ada dalam film Turah garapan sutradara Wicaksono Wisnu Legowo. Mengusung minimnya pendidikan dengan hari-hari tanpa mimpi, Turah dikemas apik dalam balutan kisah warga Kampung Tirang. Meski sederhana, kisah warga di perkampungan miskin di Tegal, Jawa Tengah, itu berhasil membuat Turah menjadi wakil Indonesia dalam Oscar 2018.
Kampung Tirang bukanlah perkampungan fiksi. Kampung yang diceritakan serba kekurangan itu benar-benar ada di Tegal. Terletak di tanah timbul di tengah perairan, tidak banyak orang mengetahuinya. Ternyata, kampung ini cuma berjarak 1,5 km dari rumah sang sutradara!
“Sejak 2010, aku sering ke sana untuk membuat film pendek. Interaksi cukup intens dengan warga mendorongku untuk membuat catatan bagi diri sendiri mengenai tempat ini. Catatan itu aku kemas dalam bentuk film,” ujar Wisnu kepada Zetizen.
Kisah tentang rakyat miskin memang bukan hal baru dalam kancah perfilman Indonesia. Tidak jarang tema ini digunakan untuk menyindir pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah kesenjangan sosial. Tapi, Wisnu tidak memiliki keinginan itu.
Selesai digarap pada Oktober 2016, Turah langsung menggondol penghargaan di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2016, Asian Feature Film Special Mention di Singapore International Film Festival 2016, dan Geber Award 2016. Tahun ini, Turah dipilih menjadi wakil Indonesia untuk Best Foreign Films di Oscar 2018 oleh Komite Seleksi Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI). “Setelah ibu saya menyampaikan kabar lolosnya film itu, rasanya pengen bikin film lagi. He he he,” seloroh Wisnu.
Bagi Wisnu, kesuksesan Turah tidak lepas dari konsep yang diusung.
| Editor: Ratri Anugrah