Are You a Zetizen?
Show Menu

Review Keluarga Tak Kasat Mata: Seram, tapi Overspooked?

Rafika Yahya Rafika Yahya 25 Nov 2017
Review Keluarga Tak Kasat Mata: Seram, tapi Overspooked?

Zetizen.com - Pernah menjadi top thread di suatu forum online dalam waktu cukup lama, akhirnya kisah keluarga tak kasat mata diangkat dalam film. Dirilis kemarin (23/11), film ini seolah menjadi pelepas rindu bagi para pembaca yang setia mengikuti update genta sejak tahun 2016. Nggak heran kalau penggemar memberikan ekspektasi tinggi pada film ini, yang sayangnya justru overspooked.

Selaras dengan judulnya, Keluarga tak Kasat Mata masih menceritakan pengalaman genta (Deva Mahenra), seorang desainer grafis yang baru saja pindah kantor dan mengalami kejadian-kejadian mistis. Dia mengalami itu bersama Bebek (Kemal Pahlevi), Rudi (Ganindra Bimo), Yoga (Miller Khan), serta Andrea (Wizzy). Berlokasi di Yogyakarta, kantor genta yang bergerak di industri kreatif ternyata dihuni oleh beberapa makhluk tak kasat mata.

Gangguan-gangguan pun sering mereka alami. Mulai dari kemunculan suara seorang wanita yang memanggil-manggil Genta, Rudi yang melihat sosok wanita berambut panjang melotot di hadapan Yoga, hingga kemunculan nenek dengan mukena yang meminta izin untuk singgah sejenak. kemunculan "mereka yang tak kasat mata" makin mengganggu tatkala Andrea ditemukan menangis di depan gudang terlarang dengan memanggil-manggil nama Adiknya yang telah lama meninggal.

Rudi yang punya indra keenam pun sangat meyakini bahwa ada niat jahat yang ingin menyampaikan sesuatu pada mereka. Akhirnya, Ia pun memanggil Rere (Aura Kasih), seorang wanita indigo yang diceritakan secara terpisah memiliki hubungan dengan Om Hoe (Tio Pakusadewo), sosok cenayang yang ditampilkan pergi ke kerajaan para hantu.

Disinilah letak kejanggalan film hingga muncul kesan setengah-setengah dalam penggarapannya. Semua tentu tahu peran Om Hoe dalam cerita ini adalah sebagai penjembatan antara genta dengan dimensi lain. Dalam cerita aslinya yang diterbitkan dalam forum online, genta bercerita bahwa ia menemui Om Hoe, Langgeng, serta Mbah KJ untuk meminta bantuan.

Genta menyebut mereka sebagai kumpulan "13-13-13" karena mereka bertiga (Genta, Om Hoe, dan Mbah KJ) sama-sama lahir di tanggal 13. Sedangkan Langgeng adalah wujud nyata dari hantu yang telah hidup selama ribuan tahun. Om Hoe merupakan seorang pria yang mampu ‘membawa’ genta ke dalam masa lalu Bu Suminah, Ibu (dan juga salah satu hantu) yang berada di kantornya. Tapi, dalam film ternyata Om Hoe sama sekali tidak dipertemukan dengan Genta. Hubungan keduanya justru terjalin lewat Rere, yang dalam film bermain sangat tidak natural.

Bermain sebagai indigo sejak lahir dan dianggap ‘sakti’, sosok Rere yang diperankan oleh aura kasih justru terlihat seperti seorang gadis yang baru saja mendapatkan anugerah sebagai indigo. Caranya berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata, hingga reaksinya ketika melihat jajaran hantu yang muncul di berbagai ruangan di kantor, menimbulkan kesan kalau dia masih seorang newbie.

 

Aksi Om Hao (Tio Pakusadewo) dan Rere (Aura Kasih) dalam salah satu scene (foto: instagram)

Kelemahan film ini terletak pada jump scare yang terlalu banyak dan malah membingungkan. Transisi kamera yang tidak stabil membuatnya tampak kacau. Misalnya, kemunculan hantu berambut panjang di gudang, yang sedetik kemudian langsung menampilkan genta di ruangan lain. Perpindahan-perpindahan ini pun menimbulkan pertanyaan “oke, terus hantunya muncul dan genta langsung teleportasi ke ruangan lain, gitu?”

Alasan lain yang membuat film ini makin tampil overspooked adalah music score yang lebay hingga terkesan mengganggu. Well, barangkali ini salah satu cara sutradara Hedy Suryawan bikin penonton bergidik. Tapi bukannya merinding disko, penonton justru langsung menebak bahwa setelah ini akan ada jump scare. Bosaaan!

Yang paling parah, film ini seolah membalikkan berbagai ketegangan yang diciptakan oleh genta dalam forum online, maupun ketika diterbitkan dalam bentuk buku. Pada versi originalnya, kita bisa menemukan banyak sosok ‘hantu kejawen’ yang berbentuk menyeramkan. Mulai dari pocong yang menggeliat-geliat di ruang tengah, sosok nenek berkepala kotak besar dengan tubuh kecil, hingga jajaran pocong setinggi pohon.

Nah sosok-sosok seram yang diharapkan muncul di film itu justru ditiadakan. Kisah genta yang pergi ke dimensi lain untuk mengetahui kematian mengenaskan keluarga yang menghantuinya pun juga nggak dimunculkan. Sayang banget!

 

Di akhir cerita, sosok genta ditampilkan sedang menuliskan pengalaman yang dialaminya (foto: instagram)

Tapi, terlepas dari beragam kekurangan, film ini patut diacungi jempol berkat akting para pemain yang mampu menyalurkan rasa takut pada para penonton. Mulai dari genta yang tampil heroik ketika menyelamatkan Andrea, Rudi dan Yoga yang penuh wibawa, hingga sifat manja Bebek yang membuat penonton tertawa.

Meski menghilangkan beberapa scene penting dari rilisan forum online, Keluarga Tak Kasat Mata masih bisa bikin kamu bergidik ngeri lewat suguhan sosok-sosok hantunya. Misalnya nenek dengan mukena berantakan, yang konsisten muncul di belakang Rudi sambil berbisik. Dijamin bikin nggak berani ke kamar mandi sendirian, deh! 

 

Editor: Fahri Syadia

RELATED ARTICLES

Please read the following article