Are You a Zetizen?
Show Menu

Review Pengabdi Setan (2017): Munculkan Kembali Esensi Horror Asli Indonesia

Rafika Yahya Rafika Yahya 30 Sep 2017
Review Pengabdi Setan (2017): Munculkan Kembali Esensi Horror Asli Indonesia

Zetizen.com - TGIF! Sebelum bikin acara weekend ini, coba deh tanya ke orangtuamu film horror apa yang paling unforgettable di masa muda mereka. Kalau jawabannya adalah pengabdi setan kamu nggak perlu heran. Soalnya, film yang katanya jadi film horror paling laris di jamannya ini emang punya nuansa horror spesial yang dekat banget sama budaya Indonesia.

Dan hari ini (28/9), pecinta Film Indonesia disuguhkan oleh film remake-nya. Dengan judul yang sama, Joko Anwar didapuk menjadi sutradara film ini. Tahu sendiri, dong nama Joko Anwar nggak lagi asing di dunia perfilman Indonesia. Sebut saja Pintu Terlarang dan Modus Anomali yang terkenal dengan plot tak terduga dan tata musik yang luar biasa.

 

foto: imdb.com

 

Nggak usah heran kalau di film remake pengabdi setan kali ini pun, nuansa horror ala Joko Anwar terasa banget. Walaupun nggak banyak yang diturunkan dari film sebelumnya, kengerian dan keheningan mencekam masih disampaikan dengan jelas dan dengan cara yang epik. Judul pengabdi setan tentunya memiliki keterkaitan erat dengan pemujaan setan maupun pesugihan. Joko mengemas kisah itu lewat plot yang susah ditebak dari awal hingga mendekati akhir. Tuntutan keluarga serta pasangan dan dibalut oleh stereotype orang Indonesia jadi premis utama dalam Pengabdi Setan.

Film diawali dengan gumaman-gumaman rendah seorang wanita yang terbaring diatas ranjang berkelambu. Dengan latar waktu tahun 80-an, scene selanjutnya menunjukkan Rini, Tara Basro yang berada di suatu ruangan untuk meminta royalti dari penjualan album sang Ibu yang tengah sakit. Dalam obrolan singkat tersebut, diketahui bahwa Rini nggak melanjutkan kuliah untuk merawat ibunya (Ayu Laksmi). Wajah Melayu Tara Basro bikin kita seolah ikut merasakan rasa letihnya mengurus tiga orang adik, Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), Ian (M. Adhiyat) yang Tuli serta seorang Nenek (Elly D. Luthan). Mereka tinggal di rumah sang Nenek yang besar dan berada di tengah hutan bersama sang Ayah (Bront Palarae).

 

foto: imdb.com

 

Layaknya film-film horror kebanyakan, rumah mereka, entah bagaimana ceritanya, berdiri berhadapan langsung dengan areal pekuburan. Seolah nggak mengiijinkan penontonnya untiuk mengambil napas barang sejenak, Joko Anwar langsung menampakkan sosok sang Ibu yang sudah menjadi hantu di malam kematiannya. Psst, jangan bayangkan hantu sang Ibu bakal tampil acakadut ala Kuntilanak atau hantu Indonesia seperti yang tersaji di pengabdi setan versi asli. Kamu akan menemukan sosok cantik yang suaranya mampu membiusmu.

Kalau kamu penakut dan nggak bisa pergi ke toilet sendirian, pengabdi setan tentu bukan film yang menyenangkan buat kamu. Ada beberapa momen creepy yang bikin kamu lemas setengah mati. Sebut saja waktu Bondi dan Ian pergi ke toilet dan harus berhadapan dengan foto sang Ibu ketika masih menjadi penyanyi. Kemudian mereka berdua, ah, langsung aja tonton filmnya dan nikmati kengerian yang dirasakan tim Zetizen ketika menontonnya.

foto: imdb.com

 

Sayangnya pengabdi setan hanya fokus menunjukkan unsur horror dan kengerian, sampai lupa dengan kekuatan tokoh hingga efek-efek horror di dalamnya. Sebut saja sosok Bondi yang di pertengahan film sempat sakit karena shock melihat apa yang terjadi pada sang Nenek. Setelah itu, Bondi ditampilkan seperti sosok yang kesurupan hingga hendak membunuh Ian sang adik. Tapi, nggak dijelaskan kenapa Bondi tiba-tiba berubah creepy. Anehnya lagi, Bondi berubah baik dan ceria seperti sediakala di bagian akhir. Selain itu, efek angin yang menerbangkan Ian justru terlihat nggak pas dan agak canggung. 

Meski disebut sebagai film horror yang juga memberikan sentuhan drama keluarga, nyatanya pengabdi setan justru kurang menunjukkan kedekatan antara cucu dan nenek. Ketika sang Nenek mengalami suatu kondisi buruk sementara sang Ayah harus keluar kota, Rini dan adik-adiknya tampak tidak ada usaha besar untuk menghubungi sang Ayah. Mereka malah makin sibuk berspekulasi untuk mengungkap sekte macam apa yang diikuti oleh sang Ibu.

foto: imdb.com

 

Well, walaupun begitu, pengabdi setan tetap jadi suguhan yang unik untuk menemani weekend kali ini. Nggak seperti film horror lainnya, kamu bisa menikmati kengerian dan jump-scare lewat momen-momen yang Indonesia banget dengan dibalut musik-musik bernada pilu. Well said by Elly D. Luthan dalam Behind the Scene, Proses karya seni adalah hasil perenungan yang nggak main-main. Selalu ada misi yang ingin disampaikan dan ada visi yang tersampaikan. Lalu keduanya menciptakan interpretasi. horror bukan Cuma menakutkan. Dari situ bisa bercermin sebenarnya siapa kita dan bagaimana kita harus bersikap.

Tanpa nasihat-nasihat religius yang disampaikan oleh orang-orang berpeci dan berbaju putih, pengabdi setan menyampaikan pesan bahwa kurangnya kedekatan dengan Tuhan akan membawamu pada kondisi yang berbahaya. Selain keluarga yang didapuk menjadi fondasi utama untuk menjaga kenyamanan dan kedamaian hidup, keyakinan bahwa ada sutradara hidup yang mengatur segala sesuatu jadi hal yang harus diyakini setiap umat manusia.

 

P.S: Tim Zetizen berspekulasi kalau pengabdi setan bakal bikin sekuel dengan kemunculan dua artis luar biasa di bagian akhir film. Gimana menurutmu? Share di kolom komentar ya!

 

Editor: Bogiva

RELATED ARTICLES

Please read the following article