Zetizen.com - Dengan pendengaran yang nggak sempurna, mungkin bakal banyak yang menganggap seorang tuli menderita karena nggak bisa merasakan hal-hal istimewa kayak kebanyakan orang lainnya. Padahal, nggak demikian faktanya. Meski emang mereka nggak bisa menikmati dunia dengan cara yang sama dengan kita, banyak juga loh hal-hal istimewa yang justru lebih mudah mereka rasakan. Ini nih misalnya.
Punya Kepekaan yang Tinggi
Diungkapkan oleh Mufti Lazuardi, volunteer di TIBA (Tim Bahasa Isyarat dan Aksesbilitas) Surabaya, kaum Tuli punya kepekaan dan sensivitas yang jauh lebih tinggi dari orang kebanyakan. “Waktu lagi ngobrol bareng Kaum Tuli, kalau ada perubahan ekspresi sedikit saja, mereka langsung mengetahui perubahan suasana hati lawan bicara,” ujarnya.
Nggak Cuma itu, Kaum Tuli juga punya jiwa sosial yang tinggi. Artinya, mereka benar-benar concern pada berbagai fenomena sosial. Nggak heran kalau kamu bakalan menemukan banyak banget topik bahasan tiap kali ngobrol sama Kaum Tuli.
Interpretasi dan Imajinasi Luas
Keterbatasan indera membuat Kaum Tuli harus berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Tapi, hal itu justru bikin mereka bisa mengeksplor daya pikirnya. Contohnya dengan punya banyak interpretasi dan imajinasi ketika mengartikan suatu kata yang disampaikan lewat bahasa isyarat.
“Misalnya, nih. Mereka nggak suka disebut tunarungu karena interpretasi yang akan berbeda dibandingkan dengan sebutan Tuli. Untuk orang-orang hearing (orang non-Tuli), hal itu nggak akan berarti banyak, tapi perbedaan sebutan itu bermakna banget buat mereka,” lanjut Mufti.
Gampang Aware dengan Keadaan Sekitar
Karena punya keterbatasan indera, secara nggak langsung indera lain yang masih normal akan jadi lebih kuat untuk melengkapi keterbatasan itu. Salah satu indera yang kuat adalah indera penglihatan. Diungkapkan oleh Dimas Ijudin, volunteer di Kartu (Komunitas Arek Tuli) Surabaya, kaum Tuli bisa sangat peduli dengan keadaan sekitarnya.
“Meskipun perhatian mereka gampang buyar karena berbagai hal, tapi kaum Tuli adalah orang-orang yang paling peduli dengan kondisi sekitarnya. Misalnya, ada pergerakan sedikit aja, mereka langsung pay attention,” ujar Dimas. Di jaman yang dipenuhi dengan orang-orang pengidap bystander effect kaya sekarang, jarang banget kan nemuin hal kaya gini.
FYI, keterbatasan interpretasi nggak akan membuat mereka menutup diri, lho. Mereka bakalan sangat senang kalau orang-orang hearing sering mengajak mereka mengobrol. Mereka juga nggak segan untuk mengajar bahasa isyarat. That’s why jangan ragu untuk berteman dengan mereka ya!
Editor: Bogiva