zetizen

Dari Cinta Matematika Hingga Jadi Juara Dunia

Career Coach

DUO kakak beradik, Mischka Aoki dan Devon Kei Kenzo, sukses memborong 40 medali olimpiade internasional. Pelajar kelas VIII dan VII di ACS Jakarta itu bahkan telah meraih rekor Muri, lho. So, impressive! Yuk, kenalan sama mereka! (elv/c12/lai)

Bagaimana awalnya Mischka dan Devon mulai mengikuti olimpiade?
Awalnya, kami didorong guru di sekolah untuk mengikuti kompetisi sekolah dan skala nasional. Kami akhirnya memberanikan diri mengikuti kompetisi yang lebih besar untuk menantang diri sendiri. Dari rasa ingin tahu itu, kami jadi suka mengikuti berbagai kompetisi. Apalagi, di setiap olimpiade, kami bisa menambah ilmu karena mempelajari soal baru sebagai persiapan.

Apa manfaat mengikuti olimpiade bagi Mischka dan Devon?
Pastinya problem solving akan sangat terasah. Meski yang biasa dikerjakan soal matematika, itu bisa melatih kami untuk mencari solusi ketika menemui masalah di kehidupan, lho. Mengikuti olimpiade itu tidak mengasah otak saja. Kami juga belajar tentang komitmen serta dedikasi untuk meraih target. Tentu, diperlukan kegigihan dan perjuangan. Kami bersyukur sekali untuk setiap proses dan kemenangan yang ada.

Ada nggak sih kompetisi yang paling memorable?
Kalau Devon, yang paling memorable itu WMI Final di Fukuoka, Jepang, sebelum pandemi. Perasaan berada di sana dan duduk dengan ribuan peserta lainnya dari berbagai belahan dunia, spesial banget! Bukan cuman tekanannya, excitement-nya benar-benar nggak terlupakan. Kalau aku (Mischka, Red), ketika mengikuti SIMOC Group Competition. Waktu itu kami bertanding secara digital dalam grup, jadi kami harus bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya. Sekaligus berpacu dengan waktu dalam menjawab pertanyaan. Tentu, sangat menantang dan menyenangkan.

Dalam sebuah kompetisi, kegagalan kan hal yang wajar. Bagaimana Mischka dan Devon melihat kegagalan?
Kami nggak pernah takut dengan kegagalan. Adanya kegagalan bukan untuk mengalahkan, melainkan untuk mendorong kami agar berani bangkit dan mencoba lagi. Well, kami memang belum pernah kalah, tetapi kami pernah kecewa. Misalnya, saat berekspektasi dapat medali emas, ternyata hanya menang medali perak atau perunggu. It’s okay untuk merasa sedih, tetapi setelah itu kami bangkit dan berusaha lebih baik.

Bagaimana kalian mengatur waktu antara keseharian sekolah dan mengikuti olimpiade?
Kami mengikuti sekolah online. Dan di sela kesibukan sekolah, kami masih terus mengikuti olimpiade. Kebetulan Januari sampai April lagi banyak olimpiade. Jadi, biasanya sekolah dari pukul 07.30 hingga 16.00, setelah itu mengerjakan tugas. Kalau tugas sekolah selesai, baru latihan untuk persiapan olimpiade.

Apa rencana dan target kalian ke depannya?
Pada 2022, kami ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Kalau tahun sebelumnya kami mengikuti banyak kompetisi, kami ingin menjadikan tahun ini sebagai the year to giving back. Kami mendapat banyak kesempatan untuk bisa berbagi pengalaman, pengetahuan, dan inspirasi kepada teman-teman dan anak muda lainnya. Melalui berbagai platform, kami berharap bisa memberikan lebih banyak untuk Indonesia.