Zetizen-Kamu pasti udah sering melihat peran hacker dalam film-film scifi atau action. Selama ini, hacker dianggap negatif karena berhubungan dengan cybercrime. Padahal, ada lho hacker yang baik. Namanya ethical hacker. Profesi satu ini semakin dibutuhkan seiring dengan maraknya serangan cyber. Hmm, hacker, tapi baik? Wah, unik juga, ya. Penasaran seperti apa? Yuk, simak penjelasan Yogi Kortisa, a certified ethical hacker!
Yogi Kortisa tertarik dengan dunia peretasan sejak SMP. Dia mengenal dunia internet dari mata pelajaran TIK. Dia kemudian ketagihan menjelajahi internet hingga bertemu dengan istilah hacker. Menurut dia, mampu meretas sistem tanpa ketahuan adalah hal yang keren. ’’Kenal sama ethical hack itu pas kuliah. Profesi ini cukup menarik dan digemari, ya. Gimana nggak, kita ngehack sistem orang, malah dibayar. Kalau cybercriminal, ngehack, tapi harus berurusan sama hukum,’’ tutur Yogi.
Ethical hacker menggunakan kemampuan hacking untuk hal kebaikan dan beretika. Mereka menjebol sistem keamanan informasi agar dapat mengevaluasi kembali sistem keamanan yang telah ada. Tugas lainnya menemukan kesalahan logika pada kode program open source, memindai port menggunakan tools untuk mencari port yang terbuka, meneliti setiap patch instalasi, mencoba mengeksploitasi celah keamanan, dan mengais sampah dari jejak digital.
’’Menjadi seorang ethical hacker berarti harus terus belajar. Sebab, kemampuan hacking akan selalu berkembang seiring kemajuan teknologi yang akan diretas. Sebagai permulaan, kamu bisa mempelajari dasar ilmu komputer dan teknologi. Bisa dari pendidikan formal atau belajar secara otodidak dari internet. Setelahnya, kamu bisa langsung belajar teknik hacking dan mempraktikkannya di labs yang telah diatur sendiri atau menggunakan platform hacking labs khusus,’’ jelasnya.
Keterampilan pengodean yang kuat juga sangat penting! Selain itu, dibutuhkan etika, komunikasi yang baik, kemampuan analisis, problem solving, dan critical thinking. Seorang ethical hacker harus bisa berpikir seperti musuh agar memahami motivasi pelaku serangan cyber. Kemampuan bahasa Inggris juga jadi nilai tambah karena resources belajar hacking kebanyakan berbahasa Inggris.
’’Prospek karier ethical hacker sangat besar. Bisa dilihat dari banyaknya lowongan ethical hacker, baik di perusahaan lokal maupun luar. Nggak harus bekerja full time di sebuah perusahaan, ethical hacker bisa memilih banyak pilihan karier, mulai pengajar bidang keamanan di perguruan tinggi, freelancer, bug bounty hunter, opensource tool developer, hingga membuat start[1]up yang menawarkan solusi keamanan dengan ethical hacking,’’ lanjut Yogi.
Karena profesi itu masih sangat jarang di Indonesia, kepercayaan untuk mempekerjakan ethical hacker sangat dibutuhkan. Paling nggak, ethical hacker memiliki sertifikasi seperti certified network defender, certified ethical hacker, atau EC-council certified security analyst. ’’Jangan mudah menyerah dalam belajar karena hacking itu luas dan mungkin terlihat susah bagi pemula. Kalau udah jago, pakai kemampuan itu untuk hal positif dan berguna. Karena hacking seperti pedang bermata dua, bisa dipakai untuk kejahatan ataupun kebaikan,’’ pesan Yogi. (arm/c12/lai)