Zetizen-Grafiti sering diartikan sebagai bentuk seni yang paling kontroversial karena street art yang satu ini menggunakan dinding sebagai medianya. Mungkin kamu akan mengira kesenian ini banyak digeluti laki-laki. Padahal, di Indonesia ada komunitas grafiti untuk perempuan, lho. Nggak percaya? Yuk, kenalan dengan Ladies on Wall!
Komunitas grafiti perempuan pertama di Indonesia tersebut dibentuk pada 2014 oleh Bunga Fatia. Berawal dari hobi yang mengantarnya mengikuti acara grafiti internasional, The Rebel Daughters di Singapura yang diikuti 20 seniman street art dari 10 negara di Asia Tenggara, Bunga akhirnya terdorong untuk mendirikan komunitas grafiti khusus perempuan di Indonesia.
”Sejak saat itu, jadi kepikiran untuk membuat The Rebel Daughter versi Indonesia agar seniman-seniman perempuan di Indonesia bisa saling terhubung. Akhirnya terbentuklah LADIES ON WALL pada 2014. Pertamanya memang hanya sebuah acara menggambar di tembok bersama seniman grafiti perempuan di Indonesia, tapi sekarang sudah berkembang menjadi komunitas yang awalnya hanya terdiri atas sembilan orang hingga sekarang lebih dari 60 orang yang tersebar di sepuluh kota,” tutur Bunga Fatia selaku founder dari Ladies on Wall.
Bunga menyadari bahwa pelaku seni jalanan, khususnya perempuan di Indonesia, tidak banyak. Pasalnya, kesenian ini memang lebih digemari laki-laki. Dia juga mengaku hanya mendapat dua kali kesempatan untuk menggambar seni jalanan bersama dua perempuan dari kota yang berbeda. Melalui Ladies on Wall, Bunga berharap seniman perempuan di Indonesia memiliki wadah untuk menyalurkan hobinya.
Ladies on Wall aktif mengadakan kegiatan tahunan setidaknya satu atau dua hari berturut-turut dalam setahun. Sesekali mereka menerima project komersial dengan brand ternama. Selama pandemi, LADIES ON WALL mencoba untuk tetap saling terhubung melalui #PassTheCansChallenge, yang diikuti beberapa anggota dari kotanya masing masing, seolah-olah sedang melemparkan kaleng catnya ke bomber lainnya dan dilanjutkan menggambar di berbagai kota yang berbeda.
Sayang, seni mural atau grafiti masih sering dianggap sebelah mata bagi sebagian orang. Sebab, bagi sebagian orang awam, grafiti adalah bentuk coretan-coretan vandalisme sembarangan yang hanya mengotori dinding dan kerap kali disebut sebagai kegiatan ilegal.
”Dulu aku sempat disebut kriminal saat ada orang yang mengetahui hobiku melakukan mural sepulang kerja. Sebenarnya yang jadi permasalahan karena seni mural ini sudah sering dianggap sebagai kegiatan negatif. Padahal, kami sebagai seniman hanya ingin berkarya melalui mural atau grafiti. Selayaknya orang-orang melakukan kesenangan mereka seperti main bola atau membaca buku,” cerita Bunga.
Sebagian besar pelaku street art pemula melakukan coretan di dinding untuk menaikkan eksistensi, di mana budaya grafiti terlahir sebagai bentuk protes pada saat demonstrasi. Namun, seiring berkembangnya zaman, kini grafiti atau mural sudah banyak digunakan sebagai bentuk ekspresi seni, bahkan sudah masuk ke industri kreatif dan galeri seni modern.
Bagi yang tertarik untuk belajar seni grafiti juga tidak harus menggunakan media di tembok jalanan kok, Bunga membagikan tipnya untuk pemula yang tertarik belajar seni ini. ”Untuk belajar, bisa banget menggunakan cat semprot atau cat akrilik. Media yang digunakan bisa berupa kanvas seperti halnya kegiatan melukis pada umumnya. Kalaupun ingin langsung ke tembok, sebaiknya gunakan tembok yang legal. Misalnya, di rumah atau bangunan pribadi, jadi tetap aman!” pungkasnya. Wah, kelihatan seru dan menarik bukan? Kita doakan semoga komunitas LADIES ON WALL bisa maju dan terus berkembang menjadi komunitas seniman mural perempuan terkemuka di Indonesia! (sak/c12/mel)