zetizen

Dirikan Applied Behavior Analysis (ABA) untuk Bantu Penderita Difabel

Career Coach

Muhammad Rezki Achyana menerima penghargaan Pemuda berprestasi tingkat Internasional. Credit: Gilang/ Zetizen Team

 

Zetizen.com- Jumat (27/10) lalu menjadi hari spesial buat Muhammad Rezki Achyana. Yap, cowok berdarah Padang yang kini tinggal di Batam, mendapatkan peghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai pemuda berprestasi tingkat internasional kategori non seleksi.

Kiki, panggilan akrab Muhammad Rezki Achyana, sama sekali nggak menyangka kalau dirinya bisa meraih penghargaan tersebut. Lima besar alpha Zetizen Kepulauan Riau itu, mengungkapkan, proses pemberian peghargaan ini terjadi sangat cepat. “Malam harinya sebelum flight ke Manila aku di telfon buat lengkapin berkasnya, nggak lama kemudian aku dapat info dapat penghargaan ini. Kayak mimpi hehe,” ujarnya dengan riang.

Jerih payahnya dimulai ketika tahun 2014 silam. Berbeda dengan teman sebayanya, Kiki memilih untuk nggak kuliah setelah lulus dari SMA. Keputusannya sempat dipertanyakan oleh kedua orang tuanya. Hingga akhirnya, dia memutuskan pindah ke Batam. Dengan bekal belajar ke beberapa kota dalam dan luar negeri, Kiki berhasil mendirikan Applied Behavior Analysis (ABA).  

“Lulus SMA aku nggak langsung lanjut kuliah. Aku pelajari tentang terapi untuk anak difabel, setahun kemudian aku dirikan ABA di Batam,” pungkas cowok 21 tahun tersebut. Kiki beserta beberapa pengajar, mengajarkan penderita difabel, agar mereka mengerti serta mengajaknya untuk mengembangkan potensi dalam diri difabel tersebut. Dirinya juga menjalin relasi dengan beberapa instansi dalam maupun luar negeri. Salah satunya, SLB Putra Kami Batam, yang saling mendorong agar penderita autis ini bisa tetap berprestasi. Begitu juga dengan Non Government Organisation (NGO) dari negara luar, mulai dari FIliipina, Vietnam, hingga Amerika Serikat.

Selain itu, Kiki juga pengin mengubah pandangan masyarakat terhadap para penderita difabel ini. “Jangan berfikir autis itu anak gila atau idiot karena wajahnya sama. Pahami mereka memiliki down syndrome. Orang lain harus tahu mereka, sebelum judge para difabel,” ujarnya. Nggak ketinggalan juga, mahasiswa Universitas Karimun ini mengajak orang asing untuk jadi internasional volunteer, di sekolah ABA Batam. Nice!