LAGI banyak banget konten di media sosial yang memperagakan sosok ”pick me girl”. Kamu mungkin udah menjumpai modelan pick me girl di kehidupan sehari-hari. Yakni, cewek yang berusaha keras menunjukkan bahwa dirinya berbeda dari cewek kebanyakan. Dengan harapan mendapat pujian dan pengakuan bahwa dirinya spesial. Wah, you think you flower? Hihi.
Sosok pick me girl nggak mau terlihat seperti cewek feminin yang kerap dianggap lemah. Mereka cenderung membedakan dirinya dengan cewek lain dengan cara yang nggak sehat. Meskipun, harus merendahkan cewek lain demi mendapatkan perhatian dan validasi dari lawan jenis. Misalnya, mengaku nggak suka berteman sesama cewek karena banyak drama dan lebih suka berteman sama cowok atau ngaku lebih suka tampil natural dan anti-make-up.
”Penyebab seseorang menjadi pick me girl ada kaitannya dengan internalized misogyny atau kebencian terhadap perempuan yang terinternalisasi. Hal itu mengonseptualisasikan bagaimana beberapa perempuan merasa jijik terhadap jenis kelamin mereka sendiri. Orang-orang yang memiliki internalized misogyny sama dengan orang yang toxic masculinity. Mereka mempunyai definisi sempit akan seseorang dengan gender tertentu,” papar psikolog Andita Faradilla MPsi.
Internalized misogyny sulit untuk diidentifikasi ketika seorang cewek tumbuh dalam budaya dengan nilai-nilai patriarki. Ketika hampir semua hal dibuat dengan sudut pandang cowok, nggak heran kalau sosok pick me girl membangun kepribadiannya dengan mengikuti yang diinginkan lawan jenisnya.
Pick me girl akhirnya membatasi dirinya sendiri karena takut ditolak para cowok atau dicap sama seperti cewek pada umumnya.
Nggak cuma cewek, sikap pick me juga bisa terjadi pada cowok, loh! Yap, it’s called pick me boy. Salah satu contohnya, berkoar-koar kalau tidak merokok hingga menjelekkan sesamanya yang perokok.
”Nah, untuk menghilangkan sikap tersebut, kita harus lebih aware dan acknowledge diri sendiri bahwa internalized misogyny di budaya patriarki itu memang ada. Pelan-pelan coba ubah pandangan kita bahwa setiap perempuan memiliki kekuatan dan kelebihannya sendiri tanpa harus mengikuti standar laki-laki. Jadi, perempuan bisa berhenti membeda-bedakan atau merendahkan pilihan satu sama lain,” lanjutnya.
Well, kalau kamu punya teman yang pick me, jangan langsung dijauhi, ya. Coba deh bantu dia untuk membuka pandangannya mengenai gender. Bantu dia untuk memvalidasi hal-hal yang sebenarnya dia inginkan dan dukung agar dia mau berhenti melakukan sesuatu yang sebenarnya memaksakan.
Cause everyone has their own differences and cheer up for it! (arm/c13/lai)
BEBERAPA orang kadang nggak sadar bahwa dirinya bersikap pick me. Hayo, kamu termasuk nggak? Daripada menebak-nebak, coba deh isi checklist berikut sesuai sama kondisimu. Go! (arm/c13/lai)
-Merasa paling beda dari yang lain -Nggak butuh pertolongan dari siapa pun
-Sengaja caper demi dilirik lawan jenis -Selalu kepo dengan keputusan orang lain
-Sering merendah biar dapat pujian -Cenderung manipulatif
-Suka menentang diri sendiri -Benci drama pertemanan
-Punya pikiran kuno tentang gender -Tukang cepu
-Cenderung backhanded compliment -Merasa paling ideal jadi pasangan
-Nggak woman support woman atau
menjelekkan sesama jenis
Yuk, introspeksi diri! Diberi pujian emang menyenangkan, tapi jangan menggunakan cara yang nggak sehat ya. Apalagi sampai merendahkan orang lain. Kamu bisa aja menyakiti hati mereka loh. Kamu nggak harus memenuhi ekspektasi orang lain untuk mendapatkan validasi. Setiap orang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. So, nggak ada yang harus dikompetisikan atau dibanding-bandingkan. Just be yourself!
You are still safe! Meski belum termasuk kategori pick me, kamu sebaiknya berhati-hati. Sebab, sikap pick me bisa tertanam dalam diri tanpa kamu sadari. Hati-hati dengan pandangan yang menyudutkan kelompok gender tertentu. Hentikan kultur tersebut dan ubah ke arah yang lebih baik. Kamu bebas untuk menentukan pilihan dan mengekspresikan diri dengan cara apa pun. Yang nggak kalah penting, jangan lupa untuk mendukung dan menyemangati satu sama lain.