Are You a Zetizen?
Show Menu

I Want to Be Free

Abiyoso Mg Abiyoso Mg 27 Jan 2023
I Want to Be Free

Kala Terjebak dalam Belenggu Orang Tua

Zetizen-Akhir-akhir ini kehidupan anak dengan strict parents diungkapkan banyak remaja melalui media sosial pribadinya. Bukan cuma di TikTok, beberapa meme dengan topik serupa juga terus diperbincangkan. Lantas, apa sih sebenarnya strict parents itu? Yuk, kita ulik lebih lanjut!

Strict parents merujuk pada orang tua yang memiliki aturan ketat dengan standar serta tuntutan tinggi kepada anak. Sebenarnya wajar kok ketika orang tua menetapkan hal-hal tersebut, asal disertai dengan dukungan dan kasih sayang. Orang tua menjadi strict bisa disebabkan beberapa hal seperti takut anak kalah saing, takut dicap orang tua gagal, hingga kehilangan kepercayaan karena anak pernah membuat kesalahan fatal.

”Anak dengan orang tua yang strict ketika dewasa akan bingung menentukan langkah. Mereka nggak punya value atas dirinya karena serba diatur orang tua. Semakin ketat aturannya, bisa jadi anak akan memberontak dan justru berbohong kepada orang tuanya ketika dia ingin melakukan sesuatu,” jelas Yuvita Wijaya, psikolog anak dan keluarga.

Nah, kalau orang tua nggak ingin dampak tersebut berkelanjutan, keduanya perlu saling mendengarkan perasaan dan pikiran satu sama lain dan mencari solusi bersama. Orang tua harus menyadari alasan mereka jadi strict.

Jika per masalahan tersebut berasal dari internal, orang tua perlu menyele saikannya. Begitu pun jika permasalahannya dari anak, perlu diselesaikan bersama secara kekeluargaan. Remember, communication is the key!

”Ketika anak ingin berkomunikasi secara terbuka, orang tua juga harus siap menerima dan mendengar semua isi hati dan pikiran anak. Jika tidak, bisa muncul kemungkinan lain seperti anak akan menutup segala sesuatu dari orang tua. Mereka akan memendam dan akhirnya stres dan depresi,” lanjutnya.

Well, menghadapi orang tua strict memang nggak mudah. Eits, bukan berarti nggak bisa diatasi ya. Saat orang tua membicarakan keinginannya, tetapi itu bukan kehendak kita, jangan terbawa emosi dulu. Coba alihkan ke pembicaraan yang positif agar orang tua lupa. Kalau lagi capek dengan aturan mereka, boleh kok istirahat sejenak.

Last, but not least, yuk latihan memaafkan dan menerima apa pun keadaan orang tua. Sebab, orang tua pasti punya alasan tersendiri mengapa mereka menjadi strict. Anyway, selamat Hari Anak Internasional! Semoga kita bisa menjadi generasi terbaik penerus cita-cita bangsa. (arm/c12/lai)

Ketatnya Aturan yang Diterapkan

PERNAH dapat kata-kata ”jangan keluar malam-malam” atau ”kamu harus dapat peringkat I” dari orang tua? Kalau iya, mungkin orang tua kamu strict. Well, kamu nggak sendiri kok, Zetizen berikut juga punya cerita tentang orang tua mereka yang strict. (arm/c12/lai)

Diinterogasi sebelum Keluar

Kalau ada kegiatan di luar rumah, aku pasti ditanya dulu: berangkat sama siapa, sampai jam berapa, di kegiatan itu ada siapa aja. Di tempat kegiatannya pun selalu ditelepon buat bilang ”jangan lama-lama”. Aku juga nggak dibolehin jalan-jalan yang jauh, keluar cuma kalau ada kebutuhan. Meski begitu, menurutku, punya orang tua yang strict itu menandakan kalau masih ada yang menjaga dan mengkhawatirkan aku, sih.”

Nabila Putri SMA Excellent Al-Yasini Pasuruan

Harus Makan di Rumah

”Dulu aku kan nggak boleh pulang malam. Pernah kejadian dan dimarahi padahal memang ada kegiatan. Paling parah itu aku diharuskan makan di rumah. Jadi, kalau diajak bukber atau birthday dinner gitu kudu makan sebelum berangkat, bahkan pas les ditunggu biar pulangnya nggak telat dan bisa makan malam bersama. Terus di sekolah peringkatnya harus 10 besar, kalau turun, diancam handphone disita, nggak boleh baca komik, dan lainnya. Tapi, menurutku, semakin anak dewasa, orang tua juga bakal makin percaya dan bisa memahami anaknya kok.”

Inggrid Riana Tristar Culinary Institut Surabaya

Segalanya Sudah Ditentukan

”Orang tuaku menuntut supaya aku sekolah di tempat yang mereka inginkan. Sampai kuliah pun, universitas dan jurusan, semuanya mereka atur tanpa melibatkan aku. Waktu main dijatah seminggu satu kali, bahkan nggak sama sekali. Mereka nggak pernah absen buat merhatiin aku berteman sama siapa dan pergi mainnya ke mana. Handphone sempat beberapa kali dicek. Ya mungkin niat mereka bagus, biar nggak terpengaruh sama pergaulan bebas, prestasiku nggak turun, dan lebih terjaga.”

Syifa Ratna Dewi Universitas Bina Sarana Informatika Depok

RELATED ARTICLES

Please read the following article