PADA suatu hari...
’’Hai, Ellie. Kemarilah! Apakah kau mau cokelat ini?’’ seorang wanita tua mendekatinya dengan sebuah cokelat di tangan.
’’Siapa kau?’’ tanya Ellie cemas. Napasnya berburu cepat saat sang wanita semakin mendekat. Wajahnya tampak mengerikan sehingga Ellie melangkah mundur.
"Ha ha ha. Kau benar-benar tak mau cokelat ini?’’ wanita itu terus medekati Ellie sambil menyodorkan sebuah cokelat berbentuk bintang kepadanya. ’’Makanlah. Kau akan terlihat cantik.’’
Baca juga:
Melampaui Bayang-Bayang
|
Terbujuk rayuannya, Ellie pun mendekatkan cokelat tersebut ke mulutnya. Aaaaak…
’’Jangaaan…!!’’ seorang laki-laki tiba-tiba menjauhkan cokelat bintang dari tangannya. Ellie pun merenggut marah. ’’Nanti saja kujelaskan,’’ kata laki-laki itu sambil menarik tangan Ellie. Mereka berlari kencang dan wanita tua tadi menyusul tak kalah cepat.
Dia semakin dekat…dekat…dekat…dan… Hhh…hhh…hhh… Ellie terbangun dari tidurnya. Napasnya tak karuan karena dia baru saja berlari kencang. Syukurlah, aksi kejar-kejaran tadi hanyalah mimpi.
Baca juga:
Sebuah Surat Cinta - Bagian terakhir
|
Tok, tok, tok. Pintu kamarnya diketuk. ’’Hai, Sayang. Sudah bangun?’’ tanya ibu sambil membelai rambut Ellie. Ibu membangunkannya untuk makan malam. Kali ini, ibu memasak sup wortel dan ikan, makanan kesukaan Ellie. Di sela-sela makan, Ellie bertanya kepada ibunya, ’’Cokelat itu apa Bu?’’ Tak percaya dengan apa yang barusan ditanyakan sang anak, sang ibu terkejut sampai sendoknya lepas dari genggamannya. Melihat reaksi sang ibu, Ellie pun bingung. ’’Kenapa, Bu?’’ tanyanya.
Setelah menghela napas berat, ibu akhirnya menjawab, ’’Kau tak perlu tahu, Nak. Cokelat itu berbahaya.’’
’’Tapi aku baru saja bermimpi ada wanita tua yang menyuruhku makan cokelat, Bu. Lalu, ada seorang lelaki menepis cokelat tersebut dari tanganku,’’ cerita Ellie.
Baca juga:
Sebuah Surat Cinta- Bagian 1
|
Mendengar mimpi sang anak, ibu hanya menghela napas lagi sambil tersenyum. Ibu dan Ellie sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bercerita. ’’Nak, dulu ayahmu sangat suka cokelat. Cokelat itu makanan yang rasanya manis. Ayahmu begitu menyukainya. Setiap hari, ayah selalu makan cokelat. Setiap pulang kerja, dia membawa banyak sekali cokelat. Dari bangun tidur, saat bekerja, olahraga, hingga sebelum tidur, ayahmu selalu makan cokelat,’’ kenang ibu.
’’Apakah ibu juga makan cokelat?’’ tanya Ellie. ’’Ibu juga makan, tapi hanya satu dalam sehari. Ayah suka marah kalau cokelatnya diambil,’’ jawab ibu. ’’Suatu hari, ayah terbangun dan mengerang kesakitan sambil memegang mulutnya. Saat ibu lihat, semua gigi ayah berlubang! Giginya pun berwarna hitam dan baunya tidak sedap. Kedua gusi belakang juga bengkak berwarna merah kekuningan. Ayah sangat kesakitan. Lalu, ibu membawanya ke dokter,’’ lanjutnya.
Menurut dokter, hanya gusi ayah yang bisa disembuhkan. Sedangkan yang lain sudah terlambat diselamatkan. Semua itu ya karena ulah ayah sendiri. ’’Cokelat itu enak dan manis, tapi juga jahat dan menyakitkan. Karena itu, ayah tidak pernah ikut makan bersama kita. Dia hanya di kamar dan makan bubur setiap hari karena giginya tak mampu lagi mengunyah nasi,’’ jelas ibu.
Aaaah… Sekarang Ellie tahu kenapa ibunya melarang mengenal cokelat.
Pada suatu pagi yang indah, ibu ingin memasak selai buah. Tentu saja ibu membutuhkan buah yang banyak. Ibu meminta Ellie mencari stroberi, nanas, dan ceri. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, Ellie membawa keranjang untuk mencari buah.
Tiba-tiba, dia mendengar suara, ’’Tolooong… Tolong aku…’’ Suara tersebut terdengar dari arah hutan. Tanpa berpikir panjang, Ellie berlari mendekat.
’’Hey, gadis kecil! Tolong aku,’’ seru seorang wanita tua yang sedang duduk di bawah pohon. Wajahnya tampak sedih sekali. Ternyata, wanita tua tersebut meminta Ellie membantu menjualkan cokelat dagangannya. Tapi, di mana cokelat yang dimaksud? Wanita tua itu duduk tanpa ada cokelat di sekitarnya. ’’Ikutlah aku mengambil barang daganganku, Nak,’’ ujarnya.
’’Di mana, Nek?’’ tanya Ellie sambil membiarkan sang nenek menuntunnya.
’’Tempat apa ini?’’ tanya Ellie ketakutan.
’’Selamat datang di Pulau Cokelat! Di sini kau bisa makan cokelat sepuasnya,’’ seru sang nenek.
Ellie langsung menolaknya. ’’Tidak! Nanti gigiku berlubang,’’ serunya.
’’Ha ha ha. Berlubang? Lihat! Aku ini pemilik Pulau Cokelat, tapi gigiku sangat rapi,’’ kata wanita asing tersebut sambil memamerkan deretan gigi putihnya.
Mustahil pulau ini benar-benar ada, pikir Ellie. Seluruh pulai ini berisi cokelat. Sungguh tidak mungkin. Ada sungai cokelat, air mancur cokelat, lolipop raksasa, dan berbagai macam bentuk cokelat lainnya. Melihat hal tersebut, terbersit keinginan Ellie untuk mencicipinya. Tapi, dia ingat larangan ibu.
Seolah-olah bisa membaca pikiran Ellie, sang nenek berkata, ’’Sudah, makan saja sepuasmu.’’ Ellie pun tergiur dan memakan cokelat di sekitarnya. Nyam, nyam, nyam… Enak!
Sementara itu, di rumah ibu mulai cemas. Anak semata wayangnya itu tak kunjung pulang. ’’Ellie… Ellie…’’ Ibu berkeliling mencari tanpa henti. ’’Pulanglah, Nak. Ayo pulang,’’ ujar ibu mulai putus asa saat sudah mencapai tengah hutan. Sebentar lagi matahari terbenam. Jika masih di dalam hutan, ibu juga akan kesulitan mencari jalan pulang. Karena tak ada tanda-tanda keberadaan sang anak, ibu memutuskan kembali mencari besok pagi.
Tapi, di tengah perjalanannya kembali ke rumah, ada suara yang menghentikan langkahnya.
’’Hey, kau!’’ seru suara yang berasal dari atas pohon. Ternyata, itu suara seorang laki-laki tua. Sambil merambat turun mendekati ibu, laki-laki itu menjelaskan,
’’Anakmu diculik ke Pulau Cokelat. Ayo, ikuti aku. Akan kubawa kau ke anakmu.’’
Tak terasa Ellie sudah cukup lama menikmati cokelat di pulau ini. ’’Ini sudah hampir malam ya?’’ tanya Ellie.
’’Tak usah khawatir. Ibumu tak akan tahu,’’ jawab sang nenek. Merasa mengantuk setelah makan banyak cokelat, Ellie pun tertidur.
’’ELLIE!!!’’ terdengar teriakan seorang wanita dari ujung pulau. Mendengar hal itu, sang wanita tua segera pergi menjauh. Dia terkejut ibu Ellie bisa menemukan keberadaan Pulau Cokelat dan membawa anaknya pulang.
Sesampainya di rumah, Ellie mengerang kesakitan sambil memegang mulutnya.
’’Loh, di mana aku?’’ tanyanya.
’’Kamu sudah di rumah, Nak,’’ terdengar suara ibu di dekatnya.
’’Ibu… Gigiku sakit, Bu,’’ rengek Ellie.
’’Ibu kan sudah bilang, jangan makan cokelat terlalu banyak. Berapa banyak cokelat yang kau makan kemarin? Nanti ibu bawa ke dokter ya.’’
Akhirnya, Ellie dibawa ke dokter gigi. Di sana, dia diberi sikat dan pasta gigi beserta obat-obatan. Tiga hari setelah meminum obat dan rajin menyikat gigi, gigi Ellie pun tidak sakit lagi. Merasa kapok dengan rasa sakitnya, Ellie berjanji mulai sekarang tak akan makan banyak cokelat lagi. (*/c20/rat)