Are You a Zetizen?
Show Menu

Gerakan Melukis Harapan Menjadi Wadah Memberdayakan Masyarakat Eks-Lokalisasi Dolly

Nena Zakiah Nena Zakiah 06 Mar 2017
Gerakan Melukis Harapan Menjadi Wadah Memberdayakan Masyarakat Eks-Lokalisasi Dolly

Zetizen.com – Pada 18 Juni 2014, Walikota surabaya Tri Rismaharini menutup Lokalisasi Jarak-Dolly. Menutup Lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu tidak mudah. Sebab, bukan hanya PSK (Pekerja Seks Komersial), berbagai elemen masyarakat seperti pekerja salon, pemilik warung, dan tukang parkir juga mencari nafkah di sana. Oleh karena itu, Gerakan Melukis Harapan (GMH) dibentuk sebagai wadah untuk memberdayakan masyarakat Dolly.

Anggota Gerakan Melukis Harapan (Foto: dok. GMH)

Tidak lama setelah penutupan, kondisi perekonomian masyarakat mulai kolaps. Banyak warga yang menjual harta-benda mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak juga anak-anak yang putus sekolah. Melihat kondisi tersebut, Dalu Nuzlul Kirom dan teman-teman aktivisnya mencari cara untuk menolong masyarakat kawasan eks-lokalisasi Dolly. Salah satunya dengan membentuk GMH.

“GMH sepakat untuk mengawal Dolly dan memandang permasalahan itu nggak dari satu sisi. Pro-penutupan dan kontra-penutupan masing-masing punya alasan logis. Yang pro ingin lingkungan tempat tinggal jadi lokasi yang baik untuk tumbuh kembang anak, sementara yang kontra menolak dengan alasan mereka menggantungkan nafkah dari ramainya kawasan Dolly,” jelas Dina Maharani, Public Relation GMH.

Awal mula GMH menjembatani berbagai kepentingan pun tidak mulus. Saat pertama kali mengenalkan diri, GMH sering ditolak. “Bahkan pernah ada yang memberikan ancaman karena GMH dianggap sekedar ‘numpang eksis’ di tengah-tengah ramainya isu penutupan Dolly,” kenang Dina. Tapi, seiring berjalannya waktu, masyarakat akhirnya luluh. Mereka melihat konsisten tim GMH yang bersungguh-sungguh ingin membantu.

Warga binaan praktik membuat vertical garden (Foto: dok. GMH)

Cara GMH Membantu Masyarakat Eks-lokalisasi Dolly:

Bidang Pendidikan

  • GMH Mengajar: Memberikan pendampingan belajar kepada anak SD dan SMP.
  • Taman Pendidikan Qur’an (TPQ): Mengajar mengaji mulai Senin-Sabtu. Jumlah murid saat ini 80 orang.
  • Kelas Minat dan Bakat: Program berupa latihan teater, musik, bahkan futsal.
  • Sekolah Parenting: Program untuk para orang tua tentang cara mendidik anak.
Anak-anak Sekolah Inspirasi mengunjungi dinas pemadam kebakaran (Foto: dok. GMH) 

Bidang Kesehatan Lingkungan

  • Kampung Hijau: Program menabung di bank sampah dan menanam tanaman hidroponik.

Bidang Pemberdayaan Ekonomi

  • Pelatihan Wawancara Kerja
  • Pelatihan Membuat Produk Makanan

Bidang Wanita Harapan

“Awalnya, bidang ini difokuskan untuk membina eks-PSK. Tapi, karena rata-rata mereka sudah tidak tinggal di Dolly, jadi yang kami bina adalah ibu-ibu yang tinggal di kawasan eks-lokalisasi. Mereka kami bina untuk membuat bisnis catering. GMH membantu marketing. Penghasilannya lumayan,” jelas Dina yang masih kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini.

GMH telah mendampingi masyarakat eks-lokalisasi Dolly sejak 2014. Masih banyak harapan yang ingin diwujudkan. Tim GMH berharap masyarakat di Dolly bisa mandiri secara ekonomi dan lingkungan sosial serta kerukunan masyarakatnya terjaga. Mereka ingin kawasan ini menjadi kampung yang ramah anak. “Kita juga ingin mendirikan pusat UKM yang menjual produk-produk buatan warga Dolly sehingga produk mereka lebih terekspose,” tutup Dina sembari mengakhiri pembicaraan.

Pelatihan membuat kue kering (Foto: dok. GMH)

Editor: Ratri Anugrah

RELATED ARTICLES

Please read the following article