Warm Hug,
My Sun.
Terkadang, menjadi seorang anak membuat kita lelah, bukan? Benar, tidak ada yang salah dengan ungkapanku. Tapi, tahukah kalian ada seseorang yang lebih lelah dan letih dibandingku? Ya, dia lah Ibu. Jam kerja yang terjadwal dari mata terbuka hingga tertutup kembali. Mulai dari urusan masak memasak hingga jadi manager di rumah, semuanya bisa dilakukan. Benar-benar hebat!
Ibu, tahukah bahwa aku hanya bisa bersembunyi di balik pintu tanpamu? Lalu, kau datang bagai sinar mentari pagi yang mulai membantuku membuka pintu masa depan. Sungguh, engkaulah pahlawan yang sebenarnya...
Ibu, engkau memang bukan seorang Akademisi, Arsitek, Dokter, Psikolog, Polisi atau bahkan Presiden. Tapi, entah mengapa, kau bahkan seperti memiliki semua keahlian dari profesi-profesi itu.
Kau guruku, yang selalu mengajarkan bagaimana aku harus membaca, menulis, berhitung, dan bertingkah laku dengan benar.
Kau Arsitekku, yang membantuku merancang masa depan dengan pondasi iman, taqwa, serta kasih sayang.
Kau Dokter terhebatku sepanjang masa, kau selalu mengerti obat dari penyakitku, kau adalah orang yang paling awal menanyakan keadaanku. Bahkan di saat dirimu sedang sakit, kau tetap mengurusku.
Kau Psikologku, yang selalu mengerti keadaan emosionalku. Mencoba memberikan ketenangan bagiku. Kau memberiku sebuah ilham-ilham menenangkan jiwa dengan nyanyian tidurmu.
Dan kau Polisiku, selalu mengingatkanku untuk patuh pada segala aturan. Orang yang paling khawatir di saat aku pulang telat. Kau yang menyambutku dengan rangkulan hangat dan senyumanmu. Di saat aku akan terjerumus menuju hal-hal negatif, kau lah medan positif yang memiliki daya tarik lebih kuat dari kutub manapun untuk memberi nilai-nilai positif terhadapku.
Jadi, kembali lah kau ibu. Saat ini rambutmu sudah sehelai demi sehelai memutih, entah kapan Allah akan mempertemukan kita dengan papan putih abadi itu. Sungguh, aku tak ingin itu terjadi. Tapi, sebagai manusia yang telah kau tanamkan iman atas kepercayaanmu, maka semuanya ada di tangan Allah SWT.
Terima kasih Ibu, thanks Mom, Merci Beacoup Le Mere, Arigatou, Xie-Xie Ma~
Ya, cerita ini hanya berani aku sampaikan di balik pintu kamarku. Lewat sentuhan jari-jariku, tanpa tahu apakah engkau akan membacanya.
Cerita luar biasa ini adalah cerita di balik pintu hatiku. Ya, di balik pintu. Sebab kau sedang mendengarkan cerita ini di depan pintu kamarku.
Selamat hari Ibu, my best hero in my life!
Semoga Allah SWT, selalu melindungi kita. Ayah, Ibu, Kakak-kakak dan aku adalah milik Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ditulis oleh Andriawan Marcelino
(Universitas Tadukalo, Palu, Sulawesi Tengah)
Editor Vera Khair