zetizen

Dreams Have No Boundaries!

Trend

Zetizen-Nggak ada yang nggak bisa kita lakukan. No kidding. Kalau kamu terlahir tanpa privilege, berarti kamu harus berusaha lebih keras. Tapi, tetap aja nggak ada yang nggak bisa kok. Lihat aja Umar Syaroni. Dia menjadi bukti hidup bahwa keterbatasan, khususnya fisik, nggak menjadi penghalang baginya untuk meraih mimpi.

Terlahir sebagai seorang tunadaksa, Umar nggak pernah merasa dirinya berbeda dari pelajar lain. Oleh karena itu, dia pede aja apply beasiswa LPDP, salah satu beasiswa
bergengsi dan paling diminati di Indonesia, lewat jalur afirmasi insan disabilitas. Dia pun memilih program studi media dan komunikasi di Universitas Airlangga.

”Sekitar Juni 2019, aku baru kepikiran kuliah lagi karena ingin jadi dosen. Akhirnya, aku mempersiapkan diri untuk seleksi berkas di tahap pertama dan alhamdulillah lolos. Setelah itu, aku ikut seleksi berbasis komputer yang soalnya ternyata mematikan. Untunglah lolos ke tahap wawancara sebelum akhirnya resmi dinyatakan sebagai penerima beasiswa LPDP pada Desember 2019,’’ ujar Umar yang sekarang berprofesi staf humas Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

TETAP AKTIF: Menjadi salah seorang finalis Mahasiswa Berprestasi Kopertis Wilayah VII
Jawa Timur tahun 2017 adalah bukti Umar bahwa penyandang disabilitas tidak mengenal batas

Eits, perjuangan belum berakhir! Sebab, setelah itu Umar harus mengikuti ujian untuk masuk Universitas Airlangga. Padahal, saat itu pandemi Covid-19 sudah merajalela. Dia pun harus membagi waktu antara kerja dan belajar mempersiapkan seleksi. ”Aku baru bisa belajar sepulang kerja. Mungkin pukul 19.00 sampai 24.00 gitu. Apalagi, soal-soalnya sesusah itu. Tricky-nya emang gimana membagi waktu tanpa mengorbankan kewajiban,’’ kenangnya.

Umar adalah penyandang tunadaksa pada kedua tangan. Meski begitu, dia percaya bahwa hidup nggak selamanya tentang apa yang kita miliki, tapi juga apa yang bisa kita berikan. Bagi dia, setiap orang berhak punya mimpi dan harus dikejar. ”Dengan perjalanan yang sudah aku lalui, aku melihat diriku sebagai orang yang resilient. Untuk bisa menjadi Umar yang sekarang, kan pasti banyak jatuh bangunnya. Tapi, aku memilih untuk nggak menyerah,’’ lanjutnya.

BIKIN BANGGA: Umar bersama Thamara (kiri) dan Andrea dari UN HABITAT saat mengikuti
volunter sebagai reporter PBB.

Yap, Umar memang nggak pernah melihat dirinya terbelenggu dalam kekurangan. Justru pemberian itu terus memotivasinya untuk keluar dari zona nyaman dan terus
mengejar impiannya menjadi dosen. Pencapaiannya hingga saat ini adalah hasil kerja kerasnya bangkit dari kegagalan. Umar percaya bahwa setiap kegagalan pasti punya hikmah di baliknya. 

”Nggak akan ada mimpi yang tercapai kalau cuma diam di comfort zone. Oleh karena itu, aku berlari, keluar dari zona nyaman untuk mengejar mimpiku. Di dalam hidup kita harus sadar, sejauh apa pun manusia berencana, masih ada Tuhan yang menentukan. Kalaupun harus gagal, ya itu bukan akhir segalanya. Makanya, penting banget punya rencana. Jadi, kalau misal plan A gagal, ya kita bisa lanjut ke plan B. Itu yang bikin kita cepat move on dari kegagalan,’’ tutup Umar. 

Ketertarikannya pada hal baru membuat Umar nggak pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki sekarang. Mahasiswa yang juga sempat meraih juara 2 dalam ajang
Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Kopertis Wilayah VII Jawa Timur itu bercita-cita menjadi dosen atas dasar keinginannya untuk turut mencerdaskan bangsa. Bagi dia, kenal dengan diri sendiri juga merupakan rahasia orang-orang sukses di luar sana. Yuk, jangan mau kalah dari Umar! (sak/c12/rat)

 

TERUS TUAI PRESTASI: Umar meraih juara 1 English Speech Contest dalam acara
Best English Annual Tournament 2015 oleh ELCC Untag Surabaya.

Halaman: