Dampak Buruk Guilt Trip pada Kondisi Psikis
Zetizen-Pernah nggak berada di situasi di mana kita disalahin padahal kita nggak melakukan kesalahan apa pun? Saat disalahkan pun, kita jadi nggak bisa bereaksi dan mulai menyalahkan diri. Emang sih rasa bersalah adalah jenis emosi yang cukup powerfull. Tapi, emosi tersebut bisa dimanfaatkan orang lain untuk memperkuat posisinya dengan cara melemahkan posisi orang lain secara moral. Hal itulah yang disebut guilt trip.
Baca juga:
Belum Asyik Tanpa Musik
|
Munazilah MPsi
psikolog klinis
Menurut Dr Sharie Stines, terapis spesialis gangguan kepribadian, guilt trip adalah bentuk manipulasi psikologis yang digunakan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu dengan memanfaatkan rasa bersalah. Tindakan manipulatif itu bisa terjadi pada siapa saja. Bisa dalam pertemanan, hubungan romantis, bahkan lingkungan keluarga. Menurut beberapa hasil penelitian, bentuk manipulasi ini juga menunjukkan salah satu ciri perilaku bullying lho.
”Perilaku guilt trip memang ingin targetnya merasa bersalah. Dia akan memindahkan kesalahan yang mungkin dilakukannya supaya seakan-akan korban memang bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan. Ciri-cirinya, pelaku akan sering mengungkit kebaikan yang pernah dilakukan, sulit meminta maaf, merasa paling benar, dan nggak punya inisiatif untuk introspeksi diri,’’ jelas psikolog klinis Munazilah MPsi.
Baca juga:
Kurangi Santapan Sosial Media
|
Guilt trip terjadi karena adanya kebiasaan senioritas. Pelakunya sangat mungkin adalah orang terdekat kita! Pacar, kakak kelas di sekolah, sampai orang tua yang merasa lebih banyak pengalaman sehingga menganggap anaknya bukan apa-apa tanpanya. Rasa bersalah ini akan muncul bersamaan dengan empati. Itulah kenapa hal tersebut mudah ditemukan di lingkungan terdekat.
”Pelaku yang melakukan guilt trip dengan sengaja biasanya merasa bahwa mengakui kesalahan adalah sesuatu yang merendahkan, punya gengsi besar untuk meminta maaf duluan, dan sulit menyampaikan apa yang mereka minta. Sedangkan mereka yang melakukan secara nggak sadar bisa jadi karena sudah mempelajari dan meniru apa yang mereka lihat, baik dari pengalaman didikan keluarga maupun lingkungan sosial,’’ tambah Munazila.
Bahkan, target guilt trip akan sulit mengetahui kapan hal ini terjadi padanya. Apalagi, guilt trip sering menyerang mereka yang punya sifat ”nggak enakan’’. Tentu kalau terlalu lama dibiarkan akan berdampak pada kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan menurunnya tingkat kepercayaan diri, merasa insecure, sulit menolak, merasa tidak berguna, serta gangguan emosional yang lainnya.
Jangan sampai hal buruk ini menjadi sesuatu yang normal ya! Kita memang tidak bisa mengontrol apa yang orang lain perbuat terhadap kita, setidaknya kita juga harus punya pertahanan diri dan mencari jalan keluar dari sana. ”It’s okay to set a boundaries dengan orang yang membuat kita nggak nyaman karena sebenarnya kita punya hak untuk memilah mana yang memperlakukan kita dengan baik, mana yang malah membawa kerugian,’’ tutup Munazilah .(sak/c12)
Lakukan Ini saat Kena Guilt Trip
Zetizen-Pasti rasanya nggak enak banget kalau overthinking terus dengan perasaan bersalah yang kita alami akibat guilt trip. Sebenarnya apa sih yang harus dilakukan kalau kita berada dalam situasi ini? (sak/c12/rat)
Take A Step Back
Menjadi korban guilt trip sering bikin kita emosional dan merasa bersalah. Kalau begitu, hindari mengambil keputusan, termasuk cara meresponsnya. Sebab, ketika merasa bersalah, kita bisa merasa harus melakukan apa pun yang diminta sebagai bentuk hukuman atau tanggung jawab. Kelola dulu emosi dan kurangi respon agresif atau guilt trip balik.
Minta Kejelasan
Orang yang melakukan guilt trip kemungkinan nggak bisa menyampaikan keinginannya secara langsung dan terbuka. Jadi, lebih baik tanyakan ”kenapa’’ dengan harapan orang lain sadar bahwa kita terbuka mengomunikasikan masalah. Akui bahwa kita nggak selalu menyesuaikan diri dengan keinginan mereka.
Boleh Menghindar kok
Kalau dua cara di atas nggak mempan dan orang yang melakukan guilt trip semakin membuatmu terganggu, opsi untuk keluar dan mengakhiri hubungan kalian boleh diambil kok. Sebab, kalau kamu memaksakan diri berada dalam hubungan itu, kemungkinan guilt trip jadi hal yang lumrah dilakukan. Kamu pun akan semakin terganggu dengan perasaan bersalah dan terjebak di dalam hubungan yang nggak sehat.