Zetizen-Anak-anak muda zaman sekarang bisa dibilang sudah kehilangan minat untuk menonton TV. Sebab, variasi program TV yang ditawarkan sering tidak menjawab kebutuhan anak muda atau pembahasannya dianggap kurang menarik atau menghibur. Tentu menyenangkan kalau misal kita punya kesempatan untuk membuat program TV impian kita untuk ditayangkan. Zetizen udah memilih salah satu ide program TV unik yang dibuat oleh salah satu follower Zetizen. Kayak gimana uniknya program TV impian yang diinginkan anak muda yang satu ini? Simak yuk penjelasan langsung darinya! (c12/mel)
Jadikan TV sebagai Platform Edukasi Kesehatan Mental
Gretta Hartecia, 19,
Universitas Hang Tuah Surabaya
Tema Program TV:
Psikologi, kesehatan mental
Nama Program TV:
Cyber-Love & Behaviour
”Kalau misal ditanya program TV idaman seperti apa yang pengin aku buat, aku pengin bikin program TV talk show yang ada hubungannya dengan psikologi supaya bisa membahas lebih banyak soal kesehatan mental. Masyarakat Indonesia bisa dibilang masih meremehkan soal kesehatan mental. Jadi, lewat program TV ini, diharapkan bisa kasih beberapa bahasan yang relate buat anak-anak muda di Indonesia, khususnya yang duduk di bangku SMA dan kuliah.
Bahasan dari program TV ini kemungkinan bakal bahas hal-hal yang sekiranya sering dialami anak-anak muda di kehidupan sehari-hari. Misalnya, pikiran yang tiba-tiba kerasa stres banget buat sekolah atau kuliah dan ada keinginan untuk akhirnya pengin menikah aja. Dari hal-hal kecil dan sepele ini, nanti bisa dijadikan topik bahasan untuk kemudian dicari cara-cara coping mechanism untuk mengatasi stres. Topik lain misalnya, seputar hubungan dan pertemanan. Inti pembahasan dari acara TV ini nggak melulu soal konflik, tapi juga bisa dari pengalaman atau curhatan pribadi. Dari masalah kecil yang berhubungan dengan kesehatan mental, nanti dicari cara problem solving yang tepat bagaimana.
Nah, supaya talk show santai ini bisa lebih seru dan menarik minat penonton, nanti didukung dengan MC yang memang paham dan bisa punya banyak perspektif yang menarik untuk mencairkan suasananya. Mungkin nanti aku pilih Gita Savitri sih buat dijadikan MC karena dia contoh public figure yang memang punya banyak wawasan sekaligus bisa menawarkan pemikiran dari berbagai sudut pandang. Harapannya, program TV ini bisa memberikan edukasi penonton lewat sudut pandang baru sekaligus bisa memberikan awareness kalau kesehatan mental itu penting untuk anak-anak muda.’’
Di Balik Skenario Sinetron
Fardha (Aya), former junior co-writer
FARDHA FOR ZETIZEN
Baca juga:
Libatkan Anak Muda dalam Kreasi Film Pendek
|
Di balik sebuah program TV, tentu ada peran seorang scriptwriter yang menyusun jalannya program atau narasi yang dibutuhkan. Salah satu program TV yang cukup marak ditayangkan di stasiun TV Indonesia adalah sinetron. Dalam cerita fiksi yang disajikan dalam sebuah sinetron, terdapat peran seorang scriptwriter untuk menentukan jalan cerita yang menarik untuk dinikmati penonton. Zetizen berkesempatan mewawancarai Fardha (Aya) yang perna menjadi seorang penulis skenario sinetron atau junior co-writer. Seperti apa sih kesibukan dan proses brainstorming seorang scriptwriter sinetron itu? Simak yuk wawancaranya!
Z: Hai Kak Aya! Senang sekali bisa berkesempatan mewawancarai Kak Aya untuk berbagi pengalaman kakak yang pernah terjun di dunia scriptwriter sinetron. Nah, bisa Kak Aya ceritakan nggak nih awal mula Kak Aya meniti karir sebagai seorang scriptwriter sinetron di TV?
Halo juga Zetizen! Awalnya, saat kuliah, aku sedang cari-cari pekerjaan freelance buat tambahan uang jajan, kebetulan aku punya teman yang saudaranya adalah penulis di Grasindo. Kita ngobrol-ngobrol dan ternyata dia adalah asisten penulis sinetron utama di beberapa sinetron yang tayang di salah satu stasiun TV dan kebetulan mereka lagi cari tambahan orang di tim penulis. Aku ditawari untuk masuk tim penulis itu dan akhirnya kuterima.
Baca juga:
High School, Live On!
|
Z: Sejak Kak Aya menjadi junior co-writer untuk program sinetron, jobdesc apa aja sih yang Kak Aya kerjakan?
Kebanyakan hanya menulis dan mengembangkan plot yang sudah ada. Junior co-writer sudah dilatih selama 2–3 bulan untuk mendalami karakter setiap peran dan shoot setting. Jadi, begitu dikasih plot, kami bisa langsung melakukan pengembangan, mulai bikin narasi, gestur dan gerak tokoh, posisi kamera, hingga dialog.
Z: Kalau menurut Kak Aya, apa sih yang membedakan seorang penulis skenario sinetron dengan penulis skenario lainnya?
Pressure-nya sih, karena kita dituntut untuk kerja cepat dan nggak tahu waktu. Yang namanya sinetron stripping dan kejar tayang, kalau ada hambatan di lapangan atau tiba-tiba ada masalah dengan alur (misal ada adegan yang harus di sensor, dsb), kita harus revisi saat itu juga karena sinetron harus tayang tepat pada waktunya.
Z: Kak Aya sendiri adalah satu tim di balik adegan boneka Hello Kitty direbus yang sempat viral di internet dan cukup mendapat respons yang beragam oleh netizen terkait dengan kualitas sinetron Indonesia yang dianggap rendah. Bagaimana menurut Kak Aya menanggapi hal ini?
Yang nggak nonton sinetronnya pasti menilai adegan itu hal konyol. Padahal, kalau tahu jalan ceritanya, pasti paham kenapa bisa ada adegan seperti itu. Kita
sebagai penulis harus mengutamakan kaidah persinetronan, dulu ada aturan kalau dalam satu adegan itu ada anak kecil, tidak boleh ada adegan yang terlalu seram/mengandung darah dan si anak kecilnya nggak boleh dilukai, termasuk boneka kesayangannya. Saat itu kami mengerjakan adegan itu jam dua malam dan niatnya mau bikin adegan terornya si bonekanya tercabik-cabik gitu, tapi karena tidak boleh akhirnya kita memutuskan untuk direbus saja bonekanya.
Z: Wahh, menarik sekali ya ternyata! Benar-benar harus mengutamakan eksekusi yang aman supaya lulus sensor. Terakhir nih kak, ada nggak tip dan trik yang pengin Kak Aya bagikan ke teman-teman Zetizen yang tertarik untuk mencoba masuk ke ranah scriptwriter sinetron ini?
Harus punya passion dalam menulis, karena kalau nggak, bakal berat dan capek banget. Punya sense juga dalam hal drama/persinetronan. Harus tahu selera pasar dan apa aja yang kira-kira bisa bikin sinetronnya ditonton terus sama pemirsa Indonesia. Jangkauannya nggak perlu yang tinggi-tinggi dan bikin cerita yang rumit. Poin pentingnya bisa menyajikan sinetron yang bikin ”kesal” dan penasaran, itu aja sih, hehe.