Zetizen-Saat banyak sineas yang berlomba-lomba bikin film dengan cara dan teknologi baru, Sam Mendes berhasil mencuri perhatian dunia dengan memberikan tontontan aksi tanpa henti melalui teknik long take di film terbarunya, 1917. Apa sih long take itu? Cari tahu, yuk!
Secara sederhana, long take adalah adegan yang diambil dengan sekali jalan. Jadi, dalam waktu itu, nggak ada cut sama sekali sehingga adegan tersebut terlihat begitu nyata. Menurut B.W. Purba Negara, sutradara Ziarah (2016), long take dilakukan agar penonton bisa merasakan sebuah pengalaman waktu yang khusus, di mana waktu sinematik identik dengan waktu real yang dialami penonton. ’’Karena (kenyataannya) di dalam hidup kita tidak ada cut,’’ ungkapnya.
Film 1917 mengisahkan dua prajurit Inggris, Kopral Will Schofield (George MacKay) dan Kopral Tom Blake (Dean-Charles Chapman), yang harus melewati area perang untuk mengabarkan pesan yang bisa menyelamatkan lebih dari 1.600 prajurit Inggris lainnya, termasuk kakak Blake, dari jebakan Jerman.
Film peperangan memang sering banget dibuat dengan bermacam teknik dan cerita. Tapi, 1917 adalah satu-satunya film peperangan yang dibikin seolah tak ada jeda atau cut sepanjang 119 menit. Sutradara Sam Mendes dan sinematografer Roger Deakins panen apresiasi dari berbagai festival film bergensi dunia seperti Golden Globes, BAFTA, dan Academy Awards, berkat penggunaan one long take atau one continous shot. Itu juga dipadukan dengan scoring, akting, dan skenario yang luar biasa. Pergantian latar, laju aksi, dan suasana disajikan tanpa ada waktu yang terpotong.
Sebenarnya, teknik long take sudah lama banget dipakai oleh sineas-sineas di dunia. Salah satu sutradara yang menjadikan teknik tersebut populer adalah Alfred Hitchcock dalam Rope (1948). Saat itu penggunaannya masih sederhana.
Berangkat dari ide yang sama, yakni memberikan sensasi menonton adegan sangat nyata detik demi detik, akhirnya banyak sineas yang mutusin menggunakan teknik long take atau one continous shot. Bahkan, semakin ke sini, penggunaannya makin kompleks dan penuh trik buat memberikan pengalaman sinematik yang baru bagi pencinta film.
Jika dulu teknik long take hanya untuk satu adegan yang berlangsung beberapa menit, sekarang beberapa sineas bereksperimen dengan membuat satu film utuh seolah-olah tanpa cut yang terdiri atas banyak long take. Selain 1917, ada Birdman (2014), Russian Ark (2002) dan film Indonesia Nyai (2016).
Bukannya mudah, teknik long take justru mempunyai banyak tantangan, guys. Salah sedikit saja, harus mengulang pengambilan gambar dari awal. Tapi, risiko kesalahan tentu saja bisa diminimalisasi. ’’Persiapan harus sangat matang di berbagai aspek,’’ ucap B.W. Purba. Menurut dia, sabar adalah kunci utama bagi siapa pun yang berniat memakai teknik tersebut dalam pembuatan film. (c20/efn)
Baca juga:
Kutukan Panjang Trilogi Horror Klasik
|