Are You a Zetizen?
Show Menu

Saat Matahari Menghancurkan Isi Bumi

Abiyoso Mg Abiyoso Mg 28 Dec 2022
Saat Matahari Menghancurkan Isi Bumi

Zetizen-Membawa premis yang nggak biasa, Into the Night berhasil mencuri perhatian para penggemar serial TV. Diadaptasi dari novel berjudul The Old Axolotl karangan Jacek Dukaj, Into the Night dikemas Netflix menjadi sesuatu yang berbeda. Ya, jika serial post-apocalyptic lain menceritakan kejadian pascabencana, serial TV yang dirilis pada 1 Mei 2020 ini justru membawa kita ikut merasakan chaos saat bencana terjadi.

Into the Night bercerita tentang fenomena saat cahaya matahari membuat seluruh manusia di bumi yang terpapar meninggal. Mereka yang ingin selamat harus terbang menembus malam untuk menghindari matahari yang terus berputar. Kejar-kejaran sama matahari?

’’Idenya konyol, tapi sangat menyenangkan dan layak ditonton. Ketegangan yang dihadirkan membuat waktu berlalu begitu saja,’’ tulis kritikus Film John Serba pada Decider.

Enam episode dengan masing-masing berdurasi 40 menit, ternyata menimbulkan pro dan kontra. Sebagian merasa jumlah episode yang sedikit itu membuat Into the Night terasa ’’dipaksakan’’ dan sebaiknya menjadi film. Tapi, sebagian yang lain justru menganggap enam episode tidak cukup. Hal ini wajar mengingat serial TV asal Belgia ini diangkat dari novel. Anything is possible.

Menjadikan Into the Night sebagai serial TV sebenarnya membuat karakter[1]karakternya bisa berkembang. Ada 12 karakter yang berusaha menyelamatkan diri dari bencana. Dalam setiap episode, satu per satu diperkenalkan lewat kehidupan mereka sebelum di pesawat. Dengan begitu, penonton bisa memahami tingkah laku mereka selama dalam ’’pelarian’’. Kebohongan, trauma, sampai pengkhianatan terjadi di dalam pesawat.

’’Meskipun ceritanya berjalan cepat, pengembangan karakter pada tiap episodenya membuat serial ini seperti sungguhan. Setiap konflik benar-benar menimbulkan ketegangan yang nyata,’’ tulis senior writer Ars Technica, Jennifer Oullette.

Speaking of setting, enam episode Into the Night mengambil banyak adegan di dalam pesawat. Sesekali mereka harus berhenti untuk mengisi bensin, mencari makanan, dan mengobati sang pilot yang terluka. Selama pemberhentian itu, penonton disuguhi gambaran menyedihkan di mana tidak ada orang yang tahu bahwa bencana ini datang. Adegan anak-anak yang meninggal begitu saja di dalam bus sekolah akan menyayat hati para ibu.

Agar lebih intense, sang creator, Jason George, selalu menambahkan konflik pada setiap pemberhentian. Mulai tentara tak dikenal, penumpang yang tertinggal, sampai pilot yang tidak siuman. Kalau ragu menonton Into the Night karena tidak suka ruang tertutup, tidak perlu khawatir. It’s more than that.

Serial TV yang mendapat rating 7,2 di IMDB ini cocok untuk penonton yang mencari selingan di tengah ramainya obrolan drama Korea. Sebab, meski dikemas dengan genre apocalyptic dan science-fiction, Into the Night sebenarnya menyuguhkan cerita yang ringan. Meski beberapa bagian terasa bertele-tele, pengembangan karakter dan ceritanya bisa mengobati hal tersebut. Stream it now! (fik/c20/rat)

Zetizen-Ketegangan yang disajikan cerita-cerita apocalyptic bisa membuat ketagihan. Nggak heran kalau sebenarnya banyak serial TV apocalyptic yang nggak boleh dilewatkan. Apakah itu? Yuk, simak rekomendasinya! (fik/c20/rat)

Setelah ada sebuah ledakan di Glendale, seluruh orang dewasa di kota tersebut berubah menjadi zombi dan hanya menyisakan para anak muda. Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bertahan dari serangan zombi. Nggak hanya itu, mereka juga menyerang kelompok lain untuk memperluas wilayah kekuasan.

Pernah kebayang rasanya kalau seluruh ingatan selama hidupmu bisa diambil dan dipindah ke tubuh yang lain? Faktanya, di masa depan semua itu sangat mungkin terjadi. Menambahkan unsur genre cyberpunk, serial ini memberikan kamu perspektif lain dari kemajuan teknologi yang sangat cepat.

Bagaimana kalau bumi bukan lagi dikuasai manusia? Serial ini bercerita tentang makhluk asing yang disebut sebagai RAP yang datang membawa berbagai teknologi canggih. Para manusia yang mau bekerja sama akan diberi kekuasaan, sedangkan yang menentang akan dijadikan sebagai pekerja untuk membantu para RAP menyiapkan perang.

Hujan di Skandinavia ternyata membawa virus berbahaya dan membunuh hampir semua orang. Dua bersaudara, Simone dan Rasmus, terpaksa berlindung di dalam bunker. Setelah enam tahun, akhirnya mereka memutuskan keluar dan mencari jawaban atas peristiwa yang terjadi di tanah kelahiran mereka.

Serial yang diadaptasi dari novel Margaret Artwood ini bercerita tentang perbudakan yang dialami perempuan. Berlatar belakang di sebuah negara yang disebut Republik Gilead, para perempuan ini dipaksa menjadi pelayan para elite. Dengan ciri khas topi putih lebar dan mantel merah, para handmaid ini harus siap kapan pun diminta.

Zetizen-Hadir kembali dengan karya barunya, Wonderland: Memoar Dari Selatan Yogyakarta, Aris Setyawan secara gamblang membedah perjalanan panjang berdirinya Auretté and The Polska Seeking Carnival (AATPSC). Tidak hanya mengulas sejarah, Aris juga membedah setiap proses yang dilakukan AATPS pada album pertamanya, Self Titled.

Berawal dari tantangan salah satu penerbit, Aris akhirnya memberanikan diri mengulas secara kritis hasil karyanya bersama AATPSC tersebut lewat buku ini. ’’Awalnya saya ragu untuk menerima tantangan itu. Sebab, saya pikir akan sangat tidak berjarak jika mengulas album band saya sendiri. Ketika akhirnya mengiyakan, alih-alih menulis sebuah ulasan album dengan kritis, saya malah menulis sebuah memoar proses kreatif,’’ jelasnya.

Buku ini menceritakan proses kreatif AATPSC dalam album perdananya. ’’Mulai proses genjreng[1]genjreng saat menciptakan lagu sampai merekam lagu-lagu tersebut di studio. Buku ini juga membedah tiap lagu. Mulai makna musikal sampai makna liriknya. Banyak juga trivia menarik terkait dengan proses kreatif penciptaan karya musik,’’ tuturnya.

Perjalanan AATPSC sejak 2012 pun dikisahkan secara lengkap dalam buku ini. Bagaimana AATPSC yang berawal dari keisengan bisa membuat karya yang diterima dan banyak diapresiasi. ’’Kami berasal dari Sewon, sebuah kecamatan di sisi selatan Jogjakarta. Tapi, musik kami membawa kami beredar ke mana[1]mana,’’ ucap musisi sekaligus jurnalis tersebut. Semangat optimisme ini yang coba dibagikan Aris lewat buku terbarunya. (fik/c20/rat)

RELATED ARTICLES

Please read the following article