Zetizen.com – Duo endah n rhesa (Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya) membangun local scene bernama earHouse. Berlokasi di Ruko Pamulang Permai, Tangerang Selatan (Tangsel), earHouse menjadi tempat anak-anak muda mengasah kreativitas dan sharing ilmu secara gratis. Ternyata, keinginan itu muncul setelah mereka pulang dari Marche International du Disque et de I’edition Musicale atau MIDEM Festival di Prancis.
Itulah yang diucapkan Steve Rennie, mantan manajer Incubus, di seminar di MIDEM Festival. Kata-kata yang membuat hatinya dan istrinya bergetar itu masih diingat Rhesa. Pulang dari sana, pesan Rennie terus terngiang. ‘‘Apa ya kontribusi kita untuk local scene? Kami berpikir, local scene kami Indonesia, lebih kecil lagi Tangerang Selatan, lebih spesifik lagi di Pamulang,’’ papar Rhesa.
Impian itu terwujud dengan berdirinya earHouse pada 1 September 2013. Sebagai tempat komunitas local scene, earHouse didesain seperti café yang buka setiap hari. Di sana juga ada earstage, sebuah sudut untuk perform. Agenda rutin yang dilakukan misalnya Songwriting Club, Jamming Wednesday, dan Thursday Night Live.
Saat Jawa Pos datang, agendanya adalah Jamming Wednesday. endah n rhesa membuka dengan lagu-lagu catchy mereka. Di antaranya, Spacybilly dan Ruang Bahagia. Dengan suasana hangat dan akrab, pengunjung bisa berinteraksi dengan Endah dan Rhesa tanpa jarak. Jam menunjukkan pukul 22.00, tapi earHouse masih ramai. ‘‘Ada yang mau jamming lagi?’’ tawar Endah. Dua penonton perempuan maju ke earstage. earHouse memang menyediakan gitar, bas, dan cajon untuk siapa saja yang ingin tampil. Tujuan Jamming Wednesday adalah belajar interaksi sesama musisi dan memperluas networking.
Semua itu diberikan Endah dan Rhesa secara gratis. Mereka berbagi ilmu dan ruang tanpa memungut bayaran. Ketika para murid datang membawa karya, Endah dan Rhesa mendapat pengalaman berkesan. ‘‘Berkesan banget buat kami. Pencapaian kami membikin earHouse memang untuk itu,” ucap Endah saat ditanya tentang orang yang datang memperdengarkan lagu bikinannya. Ada lho ‘alumi’ earHouse yang sekarang sering diundang tampil di acara dan bahkan perform reguler.
Nggak cuma sektor musik, keberadaan earHouse juga menyentuh berbagai sisi lain. Para kru earHouse adalah part-timer yang kuliah sambil kerja. Mayoritas adalah mahasiswa Universitas Pamulang. Hubungan kerja pun terjalin dalam suasana kekeluargaan.
‘‘Mereka bisa membiayai kuliah sampai lulus dengan bekerja di sini. Itu achievement juga buat kami. Memang itu tujuannya. Di tempat ini, ayo semuanya maju bareng,’’ ungkap Rhesa.
Berakar dari musik, fungsi earHouse meluas jadi ruang untuk semua aktivitas kreatif. Misalnya, tempat nongkrong komunitas cosplay, kegiatan baca buku, fotografi, desain, ilustrasi, dan fashion stylist. Menjaga agar kegiatan-kegiatan kreatif itu bisa continue adalah tantangan bagi Endah dan Rhesa.
Penulis: Nora Sampurna (Jawa Pos)