Lampung, Zetizen.com – Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Lampung adalah salah satu sekolah kedinasan favorit. Sekolah ini menghasilkan personel Polri berpangkat bintara (level brigadir). Menurut AKBP Binsar Manurung, kepala Korps Siswa SPN Polda Lampung, para siswa dididik selama 7 bulan untuk menjadi Polri yang mahir, terpuji, patuh hukum, dan unggul.
“Terdapat tiga tahap pendidikan SPN: Pendidikan Dasar Kebhayangkaraan (Disdakbhara), pembentukan profesi Polri, dan Pemantapan,” kata Binsar kepada Zetizen Lampung kemarin (16/1).
“Dalam tahap terakhir, sebelum penutupan, mereka di-drop ke wilayah atau polres yang ditunjuk. Di sana mereka melaksanakan patroli, penjagaan, pengawalan. Sehingga ketika selesai Tupdik (Penutupan Pendidikan) dan ditempatkan di polres Maret nanti, mereka tahu apa yang harus dilakukan,” jelas Binsar.
Setelah menjalani pendidikan selama tujuh bulan, lulusan SPN menjadi anggota Bintara dengan pangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda). Mereka menjalani ikatan dinas selama 10 tahun dan ditugaskan di fungsi teknis kepolisian sesuai minat dan hasil assessment. Salah satu perbedaan SPN dengan sekolah umum adalah banyaknya kegiatan selama proses pendidikan yang terkait kemampuan siswa.
Selain itu, siswa SPN mendapat pengasuhan untuk membentuk mental Kebhayangkaraan. Mereka diberi contoh bagaimana sikap dan perilaku insan Bhayangkara. Tidak ada senioritas kok di sana, apalagi kekerasan. Sebagai pengganti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), ada perangkat senat yang berisi ketua angkatan, komandan kompi, dan komandan pleton siswa.
Nah, buat kamu yang ingin masuk SPN, ada beberapa tahapan seleksi. Antara lain memenuhi standar kesehatan, lulus ujian psikologi, lulus ujian kesamaptaan jasmani, lulus uji akademik, lulus mental ideologi, serta kelengkapan administrasi. Persyaratan lain, lulusan SMA/sederajat, usia saat mendaftar maksimal 22 tahun dan belum menikah, sehat jasmani dan rohani, tinggi badan 165cm. Pendaftaran dilakukan di Polda Lampung atau Polres/Polresta di tiap kabupaten/kota. Mau coba?
Penulis: Sandia Reka (Zetizen Lampung) | Editor: Ratri Anugrah