Zetizen.com - It’s Final Interview time! Kemarin (15/10), 170 Alpha Zetizen dari tiap provinsi mengikuti rangkaian seleksi terakhir Zetizen National Challenge: Go to New Zealand. Bertempat di Ruang Edelweis Hotel Grand Trawas, Mojokerto, tiap peserta mempresentasikan aksi terbaik mereka selama tiga menit di hadapan juri. Dewan juri terdiri atas perwakilan New Zealand, Jawa Pos, dan tim Zetizen.
Singkatnya waktu serta banyaknya aksi yang ingin ditunjukkan membuat sesi interview jadi menegangkan. Bahkan, beberapa peserta menyatakan bahwa final interview kemarin benar-benar di luar ekspetasi. ”Nggak nyangka banget, selain harus presentasi dalam waktu singkat, kami diadu sama aksi teman dari satu provinsi,” ujar Agus Nur Habib, finalis dari Sumatera Selatan. Namun, beberapa peserta berhasil membuat juri speechless lewat presentasi aksinya. Seperti yang dilakukan Gustian Hafidh Mahendra, finalis dari DI Jogjakarta. Aksinya mendirikan kelas bahasa Indonesia bagi penyandang tunarungu di Jogjakarta berhasil memukau juri. Sebab, sama dengan murid yang dia ajar, Gustian sendiri merupakan tunarungu dan tunawicara. Namun, keterbatasan itu nggak menyurutkan niatnya untuk bisa berguna bagi lingkungan. Dia bahkan turun langsung mengajar meski tanpa imbalan.
Gustian tidak mau anak dengan keterbatasan seperti dirinya tertinggal oleh pelajar lain seusia mereka, terutama dalam masalah komunikasi. ”Kebanyakan penyandang tunarungu di SLB kemampuan bahasa Indonesianya masih sangat minim,” ujar Gustian lewat bahasa isyarat. Gustian percaya bahwa dengan beraksi positif, sistem pendidikan Indonesia bisa lebih memperhatikan kebutuhan para penyandang tunarungu seperti dirinya. ”Untuk itu, aku selalu memotivasi mereka agar terus belajar. Tujuannya supaya bisa setara dengan anak di sekolah normal. Terutama dalam kemampuan berbahasa,” lanjutnya penuh semangat.
Salah seorang dewan juri Melany Tedja benar-benar mengapresiasi aksi yang dia lakukan. ”Ini permasalahan serius yang sebenarnya belum banyak orang sadari,” ujarnya. Menurut Melany, aksi tersebut sangat dibutuhkan di masyarakat. ”Saya benar-benar senang bertemu dengan Gustian yang sangat percaya diri dan punya kesadaran diri buat bikin aksi ini. I would like to talk to him more,” ucap perwakilan Business Development Manager NZ Trade & Enterprise itu.
Bukan hanya Gustian, ada juga I Wayan Sukarmen. alpha zetizen asal Bali ini aktif melestarikan kebudayaan tarian khas Bali meskipun dirinya merupakan anak dengan disabilitas. ”Saya ingin menunjukkan bahwa semua orang bisa menari bagaimanapun kondisinya. Apalagi, generasi muda saat ini kebanyakan udah kurang peduli kalau disuruh belajar menari. Padahal, wisatawan ke Bali tuh mau lihat budaya kita,” tutur siswa SMK Negeri 1 Mas Ubud tersebut.
Banyaknya aksi oleh mereka yang berkebutuhan khusus jadi bukti bahwa siapa pun bisa melakukan aksi positif bagi lingkungannya. ”Siapa pun kamu dan dari mana pun kamu berasal, jangan pernah takut buat beraksi positif. Sekecil apa pun aksimu, yang terpenting bisa membawa perubahan bagi orang lain,” tegas Indriani Puspitaningtyas, supervisor Zetizen Jawa Pos.
Nah, keren-keren kan aksi teman-teman kita dari seluruh Indonesia? So, baca terus halaman Zetizen ya buat update keseruan selama Zetizen Summit 2016! (dhs/giv)