DARI pertemuan sederhana, tercipta alat yang luar biasa. Mesin ketik braille yang biasanya nggak bersuara dilengkapi Putri Annisa Tyara Anggie dengan dua pengeras suara. Speaker itu dipasang untuk mendengar langsung apakah hasil ketikan sudah sesuai atau belum. Remaja asal Surabaya itu juga menambahkan layar yang menunjukkan tulisan latin.
Ide modifikasi mesin ketik braille bersuara tercetus ketika Anggie, sapaan akrabnya, mengikuti lomba tahfiz. Di sana dia bertemu dengan peserta yang berkebutuhan khusus. ’’Aku menyebutnya kelebihan karena Tuhan sudah menciptakan semua makhluk-Nya dengan sangat sempurna. Peserta yang tunanetra bisa menghafalkan Alquran, bahkan menjadi juara, luar biasa sekali!’’ ungkap pelajar SMAN 5 Surabaya itu.
Anggie bekerja sama dengan sekolah tunanetra di Surabaya untuk berkonsultasi dengan ahli di bidang terkait. ’’Kebetulan saat itu ada OPSI (Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia), jadi aku bawa prototipe ke Jakarta untuk mengikuti babak final. Nggak nyangka bisa membawa pulang medali emas,’’ ujarnya antusias.
Setelah meraih penghargaan, gadis berusia 16 tahun itu mendapat undangan dari Pemerintah Kota Surabaya untuk mempresentasikan karyanya. Dia pun mendapatkan respons yang positif. Karyanya kemudian diusulkan untuk dipatenkan dan telah paten pada 2019. Saat ini mesin ketik karya Anggie sedang diproduksi untuk disebarluaskan ke seluruh sekolah negeri di Surabaya.
Meski proyek sempat terhenti karena pandemi, Anggie bersyukur bisa membagikan kabar gembira tersebut. ’’Ternyata banyak yang menantikan dan membutuhkan alat ini. Semoga semuanya berjalan lancar dan dapat segera disebarluaskan,’’ harap Anggie.
Sembari menunggu, Anggie memanfaatkan waktunya untuk mengasah kemampuan di bidang lain seperti public speaking. Dia mengikuti berbagai kepanitiaan serta berlatih olimpiade. Anggie juga tinggal di asrama khusus tahfiz untuk memperdalam kemampuan menghafal Alquran. Semua kegiatan itu mampu diimbanginya dengan baik.Menurut Anggie, memasang alarm untuk setiap kegiatan cukup efektif membantunya dalam membagi waktu.
Hasilnya, dia berhasil menaklukkan puluhan kompetisi, mulai tingkat kecamatan sampai nasional, lho! Ada lomba fashion show, drum band, keagamaan, hingga kepenulisan dan ilmu pengetahuan. Salah satunya, berhasil meraih medali emas dari kegiatan Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa (IBMLB) yang diadakan Radio Suara Surabaya. IBMLB mengumpulkan muda-mudi yang memiliki ide luar biasa untuk membangun Indonesia.
’’Aku juga mengalami ups and downs dalam perjuanganku. Seperti gagal dalam kompetisi, dipandang sebelah mata, sampai dengan ekspektasi yang nggak sesuai realitas. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku justru semakin bersyukur dengan pengalaman yang pernah kulalui,’’ tuturnya.
Tentu, nggak mudah untuk bangkit lagi setelah terjatuh. Namun, Anggie tetap semangat menggapai mimpi. ’’Ketika sedang down, aku ambil waktu untuk istirahat, tapi setelah itu kembali semangat lagi. Sebagaimana pegas yang semakin ditekan ke bawah semakin memantul tinggi. It works buat aku kembali bangkit,’’ lanjutnya.
Tahun ini Anggie punya target untuk menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz. ’’Aku juga ingin mempersiapkan beasiswa studi ke luar negeri tahun depan. Sudah kelas II SMA, jadi harus mempersiapkan diri lebih matang,’’ imbuh Anggie.
Jangan takut untuk memulai sesuatu dan jangan biarkan rasa takut menjadi penghalang dalam berkarya. ’’Nikmati saja prosesnya, maka kalian akan bisa menikmati suksesnya kelak. Siap-siap untuk jemput semua hal baik yang sudah menunggumu di depan,’’ pesannya. Buat kamu yang sedang menggapai mimpi, terus berjuang, ya! (elv/c12/lai)