Kaltim, Zetizen.com - Beberapa waktu lalu, Zetizen Kaltim Post mengadakan workshop kopi bertajuk Senandung Secangkir Kopi bersama Son’s Coffee (kedai kopi di Komplek Ruko Wika, Balikpapan). Pada workshop kali ini, sembilan Zetizen berkesempatan belajar dan mengenal kopi lebih dalam.
We all know Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Sumber daya alamnya melimpah dan tanahnya subur. Nggak heran kalau Indonesia menjadi tempat terbaik untuk menanam berbagai macam tumbuhan, termasuk kopi.
Nah, beberapa abad lalu, metode pengolahan kopi sangat sederhana. Orang-orang hanya menggunakan wajan dan kompor biasa untuk roasting kopi. Makin lama memanggang, makin hitam dan bagus pula biji kopinya. Begitulah anggapan mereka saat itu. Padahal, kopi itu menghitam karena menjadi arang. Kandungan glukosa yang terbakar itulah yang menghasilkan rasa pahit khas kopi. Seiring berkembangnya zaman, muncul generasi modern yang ingin menciptakan kopi dengan rasa yang lebih bervariasi.
Gatoet Seputra, Konsultan Son’s Coffee, mengatakan bahwa Indonesia duduk di posisi ketiga penghasil kopi terbesar dunia. “Banyak kopi yang memang terbaik di dunia, nggak terkecuali kopi Indonesia. Contohnya kopi luwak yang harganya bisa mencapai Rp 3 juta per kilo. Kita perlu orang-orang yang berani mengatakan bahwa ini adalah kopi terbaik, namun bukan sekadar ngomong saja. Ya, para volunteer sebagai story maker,” terangnya.
Kopi di Indonesia punya variasi rasa khas di masing-masing pulau. Seperti di Bali, ada rasa kopi fruity karena tanaman pendamping di sekitarnya adalah jeruk. Ada juga kopi liberika khas Kepulauan Meranti Riau yang terkenal dengan taste nangkanya. Rasa itu tercipta secara alami tanpa dicampur ekstrak buah saat pengolahannya lho.
Pria yang juga bekerja di hotel ternama ini bilang bahwa kualitas rasa secangkir kopi sangat dipengaruhi proses pengolahan. “Enam puluh persen rasa kopi ditentukan oleh bijinya, 30 persen dari proses roasting, dan 10 persen ditentukan oleh sang barista. Jadi, kalau dari awal kualitas biji sudah tidak bagus, maka hasilnya pun juga tidak akan bagus,” ungkapnya.
Proses penyajian kopi juga memiliki metode beragam. Seperti Aeropress, Vietnam Drip, V60, Syphon, French Press, dan masih banyak lagi. Setiap metode memiliki cara penyajian yang berbeda juga. Inilah yang bikin menyeduh kopi enggak membosankan lagi.
Nggak hanya belajar mengenai kopi, Son’s Coffee juga mengajak Zetizen untuk membuat latte art. Ternyata membuatnya nggak mudah seperti yang dibayangkan! Ritual pembuatan kopi harus melalui proses-proses yang dilakukan dengan sepenuh hati. “Karena sesuatu yang nikmat itu pasti melewati proses rumit,” kata Rido Tri Putra, siswa SMA 1 Balikpapan.
| Ditulis oleh: Fauzan Azim (Tim Zetizen Kaltim)