BERBEDA nggak berarti nggak bisa bersatu. Sebagaimana semboyan bangsa Bhinneka Tunggal Ika. Sebagai gen Z, sudah pasti dong untuk saling menghargai dan memelihara toleransi. Termasuk mendengarkan dan menerima pendapat yang berbeda. Nah, komunitas Sabang Merauke mengajak generasi muda untuk lebih meningkatkan sikap toleransi dan memecahkan prasangka antar perbedaan.
Komunitas yang didirikan tujuh pemuda Indonesia itu ada sejak 2012. Nama Sabang Merauke diambil dari pulau paling barat dan timur Indonesia. Sekaligus akronim dari “Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali”. Sabang Merauke bercita-cita mewujudkan Indonesia yang lebih damai dan toleran dengan membawa tiga nilai utama. Yakni, toleransi, cinta Indonesia, dan pendidikan.
Pertukaran pelajar menjadi program utama yang mempertemukan anak muda satu sama lain agar saling kenal dan berinteraksi. Program itu dikhususkan untuk siswa SMP di seluruh Indonesia. Dalam satu angkatan, biasanya terdapat 20 anak dari latar belakang berbeda yang diseleksi untuk mengikuti program Homestay. Mereka akan tinggal bersama keluarga angkat dari berbagai etnis dan agama selama kurang lebih tiga minggu saat liburan sekolah.
Sebelum pandemi, Sabang Merauke rutin melaksanakan berbagai program secara offline. Salah satunya, program Temu Toleran berbentuk talk show yang membahas perayaan agama dari berbagai sudut pandang. “Sabang Merauke juga punya kegiatan workshop Diversity Talk yang memperbincangkan isu-isu inklusif seperti membahas bagaimana teman-teman tuli mengakse pekerjaan. Tujuannya adalah agar kita bisa berempati kepada orang-orang penyandang disabilitas. Jadi, keberagaman itu tidak hanya terbatas pada agama,” tutur Wildan Mahendra Ramadhani, program director Sabang Merauke.
Saat pandemi, komunitas itu mengalihkan semua kegiatan secara online yang sasarannya siswa SMP, SMA, hingga publik. Misalnya, kelas intensif yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir dan berempati serta program bersama pegawai Kemenkeu. Meski sempat ragu untuk menjalankan kegiatan secara online, Sabang Merauke tetap berusaha menjangkau dan menyatukan anak muda dari seluruh daerah yang kondisi geografis dan kekuatan sinyalnya berbeda.
“Yang menjadi tantangan di sini, kami bekerja secara relawan sehingga banyak orang yang datang dan pergi. Ada beberapa yang bisa berkomitmen dalam waktu lama, ada juga yang berkomitmen dalam waktu sebentar. Selain itu, banyak sekali yang mengikuti program Sabang Merauke sehingga kami sulit mengarahkan mereka dalam menyebarkan nilai- nilai Sabang Merauke,” lanjut Wildan.
Siapa pun bisa berkontribusi dalam kegiatan Sabang Merauke, baik sebagai peserta maupun relawan. Relawannya pun terbuka untuk umum dan berbagai latar belakang. Yang penting, kamu bisa berkomitmen dan tanggung jawab menyebarkan nilai toleransi. Untuk informasi lebih lanjut, kepoin aja Instagram Sabang Merauke. Yuk, bersama kita tingkatkan nilai toleransi! (kom/arm/c12/lai)