Beda dari pameran seni lain, Holy Bubble menyajikan karya setengah jadi milik seniman.
Zetizen.com – The youth should spread the ideas through the world! Ungkapan ini cocok buat mendeskripsikan Holy Bubble, pameran sketchbook pertama di Surabaya. Diadakan di Skale Creative Space, acara ini diikuti oleh 10 seniman muda dari Surabaya sampai Jogja. Meski sederhana, Nandhi Wardhani, kurator Holy Bubble, punya tujuan besar lho!
“Zaman sekarang, orang lebih banyak menghargai hasil jadi, tapi meremehkan proses. Padahal, seharusnya dua hal itu dilakukan dengan seimbang,” ujar Nandhi. Oleh karena itu, Holy Bubble semakin terlihat berbeda dari acara sketchbook lain. Di sini, Nandhi benar-benar memamerkan proses panjang yang harus dilalui seorang seniman.
“Selain itu, mengumpulkan 10 seniman lintas genre menunjukkan kalau pada dasarnya orang-orang di sekitar kita punya personality bermacam-macam dan luar biasa. Harapannya, kita bisa menghargai satu sama lain,” lanjutnya. “Karena nggak semua orang bisa mendengarkan dan menerima pemikiran kita, maka sketchbook jadi pelariannya,” imbuh Nandhi.
Jadi, jangan kaget melihat Skale Creative Space diisi 10 meja kecil dengan buku tebal di atasnya. Di situlah ide dan pemikiran para seniman tertuang, di lembar-lembar kusam yang penuh coretan. Bahkan, kita juga bisa melihat goresan pensil yang dihapus. Ada juga coretan pena untuk menandai sajak yang menemani Ilustrasi para seniman.
Salah satu seniman muda yang turut bergabung adalah Faya Fauziah. Gadis 23 tahun ini menyajikan karya sketchbook berjudul Rise of the Machine Part 1: Heart of Machine Book. Dari buku ini, Faya mengajak pembaca untuk memandang kehidupan dari sisi sang pencipta. “Dunia yang makin modern bikin kita bisa bikin apapun, salah satunya robot. Di buku ini aku menceritakan bagaimana pencipta memandang mahluk buatannya,” ujarnya.
Filosofi itu disajikan dalam karya yang banyak menggambarkan mahluk menyerupai robot, tapi berwujud manusia. Menurut Faya, tiap manusia nggak bisa memaksa orang lain untuk memahami maksud perkataannya. “Tapi dengan gambar, siapapun bisa menginterpretasi makna dari karya. So, mereka bakal paham dengan pemikiran kita,” katanya.
Selain Faya, ada juga Iqbal Muhammad yang menyajikan karya bernuansa politis. Salah satunya adalah gambar seorang petani dengan tulisan “Menanam itu Menawan”. Dari karya ini, Iqbal ingin menyuarakan pendapatnya tentang fenomena serta aktivitas politik masa kini tanpa menyinggung pihak manapun.
Nggak cuma menikmati gambar, tapi pengunjung juga dimanjakan dengan sajian musik dari Taman Nada dan Humi Dumi. Hujan yang turun gerimis bikin suasana makin romantis. Jadi nggak sabar nih nungguin Holy Bubble berikutnya!
Penulis: Rafika R.M.