Nama Dylan Sada tiba-tiba mencuat setelah akun instagramnya dipenuhi foto-foto muka lebam. Disandingkan dengan caption berisi ajakan untuk berani speak up paska menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh kekasihnya sendiri, Dylan berhasil menghipnotis banyak orang. Keberaniannya nggak cuma patut diacungi jempol. Soalnya, Dylan mengungkapkan banyak hal inspiratif dalam wawancara yang dilakukan Zetizen dengannya. Apa aja sih?
Choose Flight than Flight
“Sebagai manusia biasa, aku tahu kalau ada banyak hal mengerikan yang bisa terjadi. Salah satunya mendapatkan perlauan kekerasan yang dilakukan oleh orang yang kamu sayangi. Meski mengagetkan, namun kita harus bisa mengambil sikap. Kamu bisa memilih fight (melawan) dan menunggunya untuk berubah, atau flight (meninggalkan). Dalam kasus ini, aku memilih untuk meninggalkan. Ketika aku pergi, dia sangat marah dan lagi-lagi melakukan tindakan kasar padaku. Tapi aku harus berani memutuskan,”
Utamakan Komunikasi
“Pacar yang melakukan kekerasan ini sebenarnya punya mantan yang juga menganiaya dan menghianatinya. Dampaknya, dia jadi posesif dan gampang cemburu. Dia juga nggak bisa memahami bahwa aku adalah orang yang ramah dan punya banyak teman. Akhirnya dia takut aku pergi meninggalkannya, lalu mulai melakukan tindakan kekerasan padaku. Dari masalah itu, aku pun menyimpulkan kalau semua pasangan pasti punya masalahnya masing-masing. Satu-satunya solusi untuk mempertahankan hubungan adalah dengan berkomunikasi untuk sama-sama memahami masalah masing-masing,”
Punya Batas untuk Memahami
“Sebagai pasangan kekasih, kami bukan hanya saling mencintai, namun juga saling memahami kekurangan masing-masing. Aku tahu bagaimana Ia berusaha melawan sakit hati dan melupajkan masa lalunya. Tapi dia juga seharusnya memahami bahwa masa lalunya adalah bagian dari dirinya dan harus digunakan sebagai pembelajaran. Memang, seharusnya pasangan kekasih harus berusaha untuk memahami satu sama lain, dan berproses bersama-sama, tapi aku sudah sampai pada titik tertentu ketika aku merasa sangat takut dan kecewa karena dia nggak juga bertanggung jawab atau merasa bersalah. Jadi ya, kurasa cukup sampai disini,”
Lupakan Rasa Malu
“Oke, aku setuju kalau jadi korban kekerasan dalam pacaran itu sangat menyedihkan. Tapi menutupinya karena malu itu enggak banget. Dengan menutupinya, secara nggak langsung kamu sudah melanggengkan banyak kasus serupa. The first thing that you have to do is menegakkan kepala, dan harus berani speak up. Memang awalnya sulit, tapi kamu harus melakukannnya. Kebayang nggak sih, dengan menutupinya, akan makin banyak korban yang berjatuhan karena nggak menemukan teman dengan cerita yang sama, atau nggak tahu gimana caranya untuk lepas dari toxic relationship semacam itu,”