Zetizen-Sejak dialihkannya seluruh aktivitas menjadi daring, hampir semua kegiatan yang biasanya kita lakukan secara langsung kini hanya bisa dilakukan melalui interaksi dengan video call atau video conference. Sudah beberapa hari ini kita juga melewati masa-masa sekolah di rumah, mulai kelas sampai pemberian tugas Interaksi yang terbatas menggunakan video call ini sering membuat kita merasa kelelahan saat melakukan kelas daring. Apa alasan dan penyebabnya? Simak lebih lanjut, yuk!
Setelah melakukan karantina di rumah selama beberapa hari, mungkin beberapa di antara kita mulai merasa rindu masa-masa untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Pembatasan interaksi ini pun semakin terasa ketika kita melakukan kelas secara daring. Kita harus menatap layar laptop atau smartphone selama berjam-jam, hanya berinteraksi lewat suara dan video yang dinyalakan. Fenomena ini lantas disebut dengan video conference fatigue, sebuah keadaan tubuh di mana kita lebih mudah letih dan lelah secara fisik dan emosional akibat terlalu lama berinteraksi secara daring melalui perantara video call.
Samanta Ananta MPsi, psikolog, menjelaskan bahwasanya manusia pada dasarnya tetap berkomunikasi meski dalam keheningan. Dan berkomunikasi secara daring menambah nuansa keheningan menjadi sunyi. "Bukan hanya secara verbal, manusia juga berkomunikasi secara nonverbal. Ada gestur tubuh yang terlihat. Namun, melalui media daring ini, sulit terjadi karena kita seolah terperangkap dalam kotak layar yang kecil," tutur Samanta. "Apalagi, kerap banyak yang tidak menampilkan videonya karena kondisi sinyal yang kurang stabil atau penyampaian materi kurang bisa optimal karena kurang interaksi dua arah. Selain itu, pantulan sinar layar mengganggu kesehatan mata kita yang akan berpengaruh pada kesehatan otak dalam penerimaan informasi," lanjutnya.
Video conference fatigue ini juga bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang apabila dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Kesehatan mental bisa berpengaruh apabila kita kurang melakukan upaya self-care. "Bentuk-bentuknya bisa berupa frustrasi, kecewa, dan kehilangan kepercayaan diri yang bisa disebabkan karena susahnya sinyal yang diperoleh selama melakukan video conference," ungkap Samanta. Aspek lain seperti tidak adanya eye contact juga bisa berpengaruh pada kualitas komunikasi seseorang yang lantas bisa berpengaruh pada tingkat stres hingga penurunan motivasi.
Masih belum pasti kapan kita bisa mengakhiri kegiatan daring ini secara keseluruhan, tapi pastikan kamu menjaga diri baik-baik dan tetap bertahan di tengah pandemi ini ya! Stay safe and care about your mental health. (c12/mel)
SUPAYA aktivitas kita selama mengikuti kelas daring tetap bisa produktif dan terkontrol, ada baikny untuk mulai melakukan beberapa langkah yang dapat mengurangi efek negatif dari video conference fatigue. Tip eksklusif dari Samanta Ananta MPsi, psikolog. berikut bisa coba kamu aplikasi- kan dari seka. rang biar aktivitas daringmu nggak tambah bikin pusing! (c12/mel)
Batasi durasi meeting daring hanya selama 20 menit untuk sekali meeting, tapi dengan frekuensi per hari yang bisa ditambahkan. Misalnya, saat pagi 20 menit, untuk briefing lanjutan saat slang selama 20 menit, dan sisanya untuk review bisa dilakukan selama 20 menit saat sore. Setiap 20 menit menatap layar, ada baiknya untuk kita melihat jarak yang panjang kira- kira 6 meter atau ke halaman luar untuk melihat tanaman hijau sebagai bentuk refreshing untuk mata kita.
Apabila rapat dirasa bisa dilakukan dengan mengirimkan pesan suara, manfaatkan fitur pesan suara tanpa video sehingga kita bisa lebih fokus pada pesan yang tersampaikan. Hal ini juga bisa mengurangi efek radiasi dari menatap layar terlalu lama yang bisa berpengaruh pada kesehatan mata.
Kita juga bisa menetapkan aturan meeting secara daring dengan memberikan jeda selama satu minggu atau disebut dengan meeting free day. Hal ini bermanfaat me-recharge performa kita supaya tetap produktif dan meluangkan waktu dengan kegiatan lain, selain aktivitas daring.