Are You a Zetizen?
Show Menu

Terjebak Hubungan Satu Arah

Abiyoso Mg Abiyoso Mg 24 May 2022
Terjebak Hubungan Satu Arah

PERNAH nggak kamu merasa  begitu dekat dengan seorang selebriti atau figur publik? Well, kamu nggak sendirian. Apalagi, selama pandemi, hubungan sosial semakin berkurang. Layar gadget dan idolalah yang mewarnai hari- hari, hihi. Ternyata, ketertarikan kita terhadap idola bisa berujung ke hubungan parasosial, lho

“Hubungan parasosial digambarkan sebagai hubungan imajiner sepihak yang dibentuk seseorang dengan figur publik yang tidak mereka kenal,” jelas  Sally Theran PhD, psikolog klinis,  melansir Prevention. hubungan parasosial sebenarnya bisa terbentuk dengan siapa pun, tapi lebih sering dengan selebriti atau idola.

Parasosial bukan fenomena baru. Istilah itu kali pertama dicetuskan Donald Horton dan R. Richard Wohl pada 1956. Saat itu keduanya sedang meneliti interaksi penonton media massa yang menganggap diri mereka punya hubungan dengan sosok yang mereka lihat di media.   Hubungan  parasosial  yang terbentuk nggak sebatas pertemanan, tetapi bisa mengarah ke hubungan romantis, lho.

Menurut Giles dan Maltby (2006), ada tiga tahapan dalam hubungan parasosial. Pertama adalah entertain-social. Tingkatan paling umum itu dimulai dari rasa ketertarikan kepada figur publik, tetapi nggak ada interaksi lebih.

Kalau sudah semakin mengenal idola, kamu mungkin berada di tahap kedua, yakni intense personal. Kamu nggak hanya suka karena fisik atau karyanya, tetapi hafal biodata hingga nggak ragu buat membeli produk yang diiklankan sang idola. Saat ada yang bicara jelek soal idolamu, kamu bakal langsung pasang badan.

Tahap terakhir hubungan parasosial mengarah pada delusional. Di tahap borderline pathological, kamu merasa  punya hubungan spesial dan keberadaanmu penting untuk sang idola. Beberapa orang bahkan nekat menjadi penguntit di dunia nyata atau dikenal dengan istilah sasaeng di Korea.

Salah satu contoh hubungan parasosial yang nggak sehat adalah ikut campur urusan pribadi idolanya, terutama hal percintaan. Sering kali juga menyebarkan kebencian terhadap idola lain sehingga menimbulkan war antar fandom. Well, hal itu terjadi karena nggak bisa mengontrol ikatan emosi yang terlalu kuat sehingga berubah menjadi perilaku obsesif.

Mengidolakan seseorang boleh-boleh aja kok. Namun, jangan sampai berdampak pada real life kamu, ya. Mungkin kamu paham betul seluk-beluk idolamu, tapi mereka tetap manusia biasa yang nggak bisa kamu kenal seutuhnya. Ingat kata Patrick Star, “Pemujaan yang berlebihan itu tidak baik, Spongebob”  (elv/c12/lai)

Ngefans Boleh, tapi…

NGGAK ada yang salah dengan mengidolakan  seseorang. Namun, jangan sampai ikatan fans- idola itu membawamu pada hubungan parasosial.  Apalagi sampai berlebihan dan berdampak negatif buat dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Yuk, jadi fans yang sehat!

 

Pisahkan Kehidupan Pribadi

Membiarkan perasaan idola memengaruhi kehidupanmu tentu nggak benar. Sebagai fans yang sehat, kamu harus bisa memisahkan kehidupan dan perasaan pribadi dengan aktivitas fangirling. Nggak lucu kan kalau lagi ujian sekolah, eh muncul kabar idola punya pacar baru. Potek, bestie! Cukup apresiasi karyanya dan ambil hal baik dari idola buat memotivasi diri.

 

Kantong Tetap Aman

Jangan sampai karena ngefans, kamu menguras kantong berlebihan demi merchandise, tiket konser, sampai ikut lelang barang langka sang idola. Alternatif lain yang bisa kamu lakukan adalah sering streaming lagunya, cover lagu atau dance, dan promosikan karya idola di media sosial. Kalau sesekali sih boleh aja, asalkan tetap sesuaikan dengan bujet, ya!

 

No Fan War

Perseteruan antar fandom alias fan war bukanlah sesuatu yang baru. Entah itu secara fisik maupun perang komentar jahat. Perbedaan bukan jadi alasan untuk bermusuhan dengan fans lain. Padahal, idola yang kamu musuhi terkadang berteman baik dengan idolamu. Eitts, meskipun idolamu sedang nggak berhubungan baik dengan idol sebelah, nggak berarti boleh fan war, ya!

RELATED ARTICLES

Please read the following article