Zetizen-Pernah nggak sih, kamu segan memulai hubungan baru? Karena takut sakit hati lagi. Mungkin saja kamu mengalami social anxiety disorder (SAD) atau fobia sosial. Menurut Jelang Handika, founder & psikolog Progresif Psikologi Yogyakarta, fobia ini merupakan kondisi di mana seseorang mengalami ketakutan berlebihan terhadap interaksi sosial. Yuk, kenali lebih banyak lagi tentang social anxiety disorder! (dhs/c20/kch)
Sesuai dengan namanya, fobia sosial berarti kondisi di mana seseorang merasa takut melakukan kegiatan sosial. Bahkan, sesimpel bercakap-cakap hingga berkenalan dengan orang baru. Perasaan ini sering muncul ketika mengharuskan untuk bertemu dengan banyak orang. Baik dalam jumlah banyak maupun sedikit pada jangka waktu tertentu.
Fobia sosial akan terlihat menonjol saat situasi sosial tertentu saja. Misalnya, ketika bertemu dengan orang baru yang seumuran, situasi saat makan di tempat umum, berbicara di depan umum, atau menghadapi jenis kelamin lain, dan sebagainya. Biasanya muncul rasa takut ditolak, penghinaan, dan malu pada situasi ramai,” ungkapnya.
Penyebab munculnya SAD bisa melalui faktor biologis dan/atau faktor psikologis. ’’Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan spesifik gen Serotonin SLC6A4 sangat berhubungan dengan munculnya fobia sosial tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan amigdala, suatu struktur seperti kacang almon dalam sistem limbik otak yang berfungsi sebagai komputer emosi saat seorang menghadapi ancaman atau bahaya,” katanya.
Faktor psikologisnya terbagi menjadi dua, yaitu kognitif dan traumatis. Kondisi kognitif terjadi akibat seseorang terlalu sensitif terhadap tanda-tanda yang membahayakan. Sementara itu, kondisi traumatis terjadi akibat pengalaman di masa lalu saat berhubungan dengan orang lain. Misalnya, menjadi korban bullying.
Tentu saja, salah satu treatment mandiri yang paling gampang adalah meluruskan pikiran irasional. Misalnya, waktu kelupaan materi presentasi sehingga cara bicaramu mulai terbata-bata, kamu langsung menganggap dirimu sebagai orang yang nggak bisa berbicara di depan umum. Nah, pikiran-pikiran irasional seperti ini yang perlu diluruskan supaya nggak menimbulkan perasaan kurang nyaman.
’Pada kecemasan yang cukup berat sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, sangat disarankan untuk berkonsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater,’’ tuturnya. Nah, jangan sampai pikiranmu mengalahkan kenyataan yang sebenarnya, ya! Kalau butuh bantuan lebih, jangan takut untuk mencari pertolongan psikolog atau psikiater di sekitarmu.
Biar nggak menerka-nerka, coba pilih situasi[1]situasi di sini yang kerap kamu alami sebagai penanda kamu fobia sosial atau tidak. Jika pilihanmu lebih dari 10 poin, bisa jadi kamu terkena fobia satu ini. Sebaiknya kamu mendapatkan penanganan lebih lanjut agar tidak semakin parah hingga bisa mengganggu aktivitasmu yang lain. (c20/dhs)