zetizen

KOMUNITAS SADARI SEDARI, Dari Lemari untuk Bumi Lestari

Get A Life

Zetizen - Tahukah kamu, dari sebuah survei yang dilakukan YouGov, tiga di antara sepuluh penduduk Indonesia membuang pakaian mereka setelah satu kali pakai, lho! Tentu, tindakan itu menambah penumpukan limbah tekstil di lingkungan. Nggak ada salahnya kok belanja baju, tapi alangkah baiknya menerapkan gaya belanja yang lebih bijak. Nah, komunitas Sadari Sedari bakal mengajak kamu untuk memilah baju-baju di lemarimu biar nggak asal buang.

Sadari Sedari adalah sebuah organisasi nonprofit yang bergerak di bidang lingkungan. Pakaian bekas yang masih layak pakai dikumpulkan dan dijual kembali kepada masyarakat secara online dan offline (C2C). Hal itu mereka lakukan sebagai upaya dalam mengurangi sampah pakaian bekas. Komunitas tersebut memberikan edukasi mengenai konsumsi berkesadaran, less waste, serta konsep ramah lingkungan yang diterapkan dalam setiap kegiatannya.

’’Sadari Sedari berawal dari 2018. Kami sebagai anak muda mulai sadar akan tindakan dan dampaknya terhadap lingkungan bumi kita. Sebab, limbah tekstil adalah salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia,’’ ungkap co-founder Sadari Sedari Swasthi Marsha Hapsari. Dari tim inti yang awalnya berenam, Sadari Sedari berhasil mengumpulkan hampir 300 volunter, lho!

’’Kami menerapkan kiat sesuai dengan teori Buyerarchy of Needs yang diperkenalkan seorang ilustrator Kanada, Sarah Lazarovic. Teori itu menempatkan ’’membeli” sebagai pilihan terakhir setelah coba berbagai cara lain. Juga menjadi smart shopper dengan memilih material yang mudah terurai dan ramah lingkungan sehingga nggak ada lagi pakaian yang terbuang menjadi sampah,” jelasnya.

Sadari Sedari punya kegiatan open donasi pakaian bekas di daerah sekitar, menyortir pakaian tersebut, dan menjualnya di platformSadari Sedari. Platform penjualan pakaian secara offline dilakukan di acara bazar Pasar Raia yang sudah diselenggarakan empat kali selama 2018 hingga 2019. Sadari Sedari juga melakukan upcycle kriya dari pakaian yang tak layak seperti membuat tas anyam, kain baru dari potongan perca, dan tas dari kain sisa tenda terpal.

Tak hanya berkontribusi untuk lingkungan, Sadari Sedari bekerja sama dengan pemberdayaan 16 kampung di Jakarta bersama Urban Poor Consortium. Mereka menyalurkan hasil keuntungan penjualan pakaian bekas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengembangan adik-adik asuh seperti kebutuhan sekolah bulanan, fasilitas penunjang, dan workshop untuk meningkatkan kreativitas. Hingga saat ini, Sadari Sedari telah menyalurkan keuntungan hingga Rp 500 juta. Wah!

’’Tantangan kami selama masa pandemi adalah bagaimana kami harus beradaptasi menyampaikan pesan secara virtual. Kami menyampaikan banyak pesan melalui aktivitas offline dan kegiatan kolaborasi dengan komunitas maupun institusi lain sebelumnya,’’ tutur Marsha, sapaan akrabnya.

Meski begitu, tantangan tersebut tidak membuat Sadari Sedari berhenti meningkatkan awareness akan pentingnya isu limbah tekstil melalui Instagram. Nggak perlu melakukan hal besar untuk berkontribusi melindungi bumi, yuk mulai ambil langkah kecil dari lemarimu! (elv/c12/lai)