Zetizen.com - Nggak bisa dimungkiri ruput tetangga sering kelihatan lebih hijau. Pengin trip ke sini lah, ke situ lah. Padahal, keindahan kota kita juga nggak bisa dipandang sebelah mata loh. Bahkan, beberapa tempat ternyata sangat terjangkau, bahkan oleh anak sekolah. Nggak percaya? Nih, simak cerita dari Zetizen. (fri/msh/c14/rat)
Monumen Jogja Kembali (Monjali)
Jl Lingkar Utara, Jongkang Sariharjo, Sleman, Jogjakarta
’’Kalau pulang sekolah lebih awal, biasanya aku suka mampir ke monumen yang juga dijadikan museum ini. Selain lokasinya dekat dari rumah, aku lebih gampang mencerna sejarah dari diorama di sana yang kelihatan riil. Tapi, kadang lampu redupnya bikin aku merinding he he. Di sana ada ruang hening buat mengenang jasa pahlawan loh. Tapi, pengunjung malah foto-foto di sana. Oh ya, saat malam, halaman Monjali jadi taman lampion. Bagus banget deh!’’
Restiyana Whiegiska, SMAN 11 Jogjakarta
Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya)
Jl Taruna 1 Ujung, Tanjung Perak, Surabaya
’’Whoaaaa! Monjaya keren banget. Apalagi, tempat itu nggak dibuka untuk umum, kecuali ada open house. Karena tempat tersebut nggak mainstream, aku ngambil foto sebanyak-banyaknya. Dari dekat, bangunannya tuh megah banget. Kayak Patung Liberty mungkin ya? Dari Jembatan Suramadu, Monjaya kelihatan biasa, tapi aslinya… Anyway, berhubung Monjaya bikinan TNI-AL, di sana aku banyak belajar tentang dunia kelautan Indonesia. Mulai sejarah sampai lihat miniaturnya.’’
Herda Velina, SMPN 12 Surabaya
Jam Gadang
Jl Parak Kubang No 40, Guguk Panjang, Sumatera Barat
’’London punya Big Bang? Ah, warga Sumbar punya Jam Gadang kok. Jam terbesar di Indonesia itu sering banget dijadikan tempat nongkrong anak-anak yang doyan fotografi. Aku sih suka jadi obyeknya aja he he. Nah, di sekitarnya banyak kuliner khas lezat yang dijual. Makanya, anak-anak sekolah juga sering berkunjung ke sini. Sayangnya, sekarang kita cuma bisa menikmati dari luar. Sebelum gempa 2007, Jam Gadang dibuka untuk umum.’’
Muhammad Azhar, Universitas Putra Indonesia YPTK
Monumen Nasional (Monas)
Jl Pelataran Merdeka, Jakarta
’’Aku kali pertama ke Monas waktu kelas I SD. Aku pergi ke museumnya yang berisi diorama sejarah perjuangan Indonesia. Aku kira diorama-diorama itu mainan loh! Dulu aku sampai nangis karena nggak bisa beli he he. Pas SMP, aku berkesempatan naik ke puncak Monas. Deg-degan banget waktu naik lift. Meski udah banyak gedung yang lebih tinggi, aku tetap kagum ngelihat pemandangan Jakarta dari atas sana. Sekarang aku pengin pegang lapisan emas di puncaknya.’’
Tiara Rahmaniar, SMAN 1 Jakarta
Tugu Khatulistiwa
Jl Khatulistiwa, Pontianak Utara, Kalimantan Barat
’’Waktu aku tinggal di Pontianak, warga lokal bilang bahwa aku wajib ke Tugu Khatulistiwa. Sebab, tugu itu berdiri tepat di garis khatulistiwa, memisahkan belahan bumi barat dan utara. Penasaran, aku langsung ke sana! Di bayanganku, berdiri di sekitar tugu itu pasti panas banget karena garis khatulistiwa berarti matahari tepat di atas kepala. Prediksiku benar! Tapi, berdiri di Tugu Khatulistiwa bikin aku merasa ’spesial’ karena nggak semua negara dilintasi garis khatulistiwa.’’
Atika Puteri, Universitas Indonesia