Zetizen.com - Muda, tampan, dan berprestasi. Tiga kata itu lah yang paling sering diutarakan Zetizen buat mendeskripsikan pembalap pertama Indonesia dalam ajang F1, rio Haryanto. We’re proud of you! Bahkan 9 dari 10 Zetizen mulai Aceh sampan Papua mendukung Rio.
Cowok kelahiran Solo, 22 Januari 1993, tersebut mulai terjun ke sirkuit balap sejak usia 6 tahun. Sang ayah Sinyo Haryanto yang juga mantan pembalap nasional bisa dibilang influencer terbesar Rio. Ya, selain Michael Schumaker dan Ayrton Senna, rio memang mengidolakan sang ayah.
’’Sejak kecil, saya memang didorong ayah buat jadi pembalap. Dari situ saya juga terinspirasi buat jadi pembalap profesional,’’ ujar rio saat GP Melbourne.
Anak bungsu dari empat bersaudara itu sering berlatih gokar bareng dua kakaknya. Yakni, Roy dan Ryan Haryanto. Bakatnya pun mulai berkembang pada 1999. Saat itu cowok penyuka warna putih dan biru tersebut menyabet juara I National Championship: Pertamina Kart race 4th Round.
Dari tahun ke tahun, rio makin menunjukkan bakatnya. Setelah berhasil berprestasi dalam ajang GP3 dan GP2, rio akhirnya melaju dalam ajang Formula 1 (F1). Meski cukup berpengalaman di dunia balap, rio tetap dituntut untuk punya performa lebih. Berbagai latihan rutin pun dia jalani. Misalnya, latihan endurance seperti berlari dan berenang sejauh 3 km setiap sesi. Sebab, selama berlaga di sirkuit, jantung rio akan dipacu 170–200 beats per minute (bpm) selama 1,5 jam perlombaan.
Rio menempati posisi start paling belakang di seri perdana F1 Melbourne, Australia, 20 Maret lalu. Meski begitu, dia sempat merangsek hingga posisi ke-18. Sayangnya, di putaran ke-18 rio harus mengakhiri pertandingan karena mobilnya mengalami masalah. Yap, meski belum mulus di laga debutnya, rio tetap optimistis dalam seri kedua di Bahrain pada 3 April nanti. ’’Saya mengenal sirkuit Bahrain lebih baik daripada sirkuit Melbourne. Karena itu, saya optimistis bisa lebih baik di seri kedua nanti,’’ tutur Rio. Go fight, Rio! (rioharyanto/ver/c14/adn)