Zetizen.com – Beberapa smartphone hits seperti iPhone 7, Samsung Galaxy S7, dan Google Pixel sudah mengadopsi kualitas suara tercanggih dengan teknologi noise cancellation. Wajar aja kalau pengguna semakin keasyikan mendengarkan musik yang lebih jernih dan mantap. Tapi, kamu tetap perlu waspada. Gendang telinga kita punya batas level suara lho.
Siapa yang suka mendengarkan musik keras-keras? Iya, rasanya emang lega banget. Tapi, kamu segera berhenti! Telinga cuma mentoleransi tingkat suara sampai sekitar 85 db. Sedangkan suara maksimal smartphone rata-rata 100 db. Apalagi kita sering pakai headset yang berarti langsung di ujung telinga. Mendengarkan suara sekitar 100 db selama 15 menit aja (3–4 lagu) itu sudah merusak lho.
Hal ini juga berlaku waktu kita menonton konser. Kebanyakan konser memainkan musik sangat keras, yaitu sekitar 98–115 db. Bayangkan aja kalau tempatmu persis di depan atau di samping sound system. Ups, jantung aja sampai ikut bergetar mengikuti hentakan bass drum!
Menurut data statistik WHO, kemampuan mendengar 5 persen masyarakat dunia (sekitar 360 juta jiwa) menurun. Jumlah itu nggak cuma berisi lansia, tapi juga remaja dan anak-anak! Kalau dilihat dari kebiasaan anak-anak zaman sekarang, kemungkinan besar penyebab utamanya ya hobi mendengarkan musik keras-keras.
Tapi, ada yang bilang kalau penyebabnya adalah “polusi suara” yang berasal dari kebisingan kota. Pernah pakai headset sambil menyetir kan? Pasti kamu sering merasa suara musiknya kalah sama suara lalu lintas, mesin kendaraan, klakson, dll. Jadi, sebenarnya, mana yang lebih merusak?
Menurut penelitian National Institute of Deafness and Other Communication Disorder, 90 persen kerusakan telinga disebabkan oleh musik. Sebagai perbandingan, kebisingan kota cuma berkisar 60–80 db. Berarti, cuma kejadian-kejadian khusus aja seperti suara petir (120 db) dan tembakan (140 db) yang bisa merusak telinga.
Kerusakan telinga memang nggak bisa kita rasakan langsung. Tapi, bukan berarti kamu selamat! Sebab, menurut WHO, kemampuan mendengar 5 persen populasi itu menurun sekitar 16–25 db. Artinya, mereka nggak bakal mendengar 10 persen percakapan.
Source: WHO, Dangerous Decibels
Edited by Ratri Anugrah