Zetizen.com – Baru saja pengurus KPK Novel Baswedan disiram Air Keras oleh orang tak dikenal. Hal itu membuatnya harus ditangani secara intensif. Air Keras merupakan larutan asam pekat seperti cuka pekat, HCL, sampai air aki. Larutan ini bisa merusak dan membakar kulit. Apa Pertolongan Pertama yang harus dilakukan saat kulit terkena air keras?

Kenapa Air Keras Bisa Membakar Kulit?

Larutan asam memiliki sifat korosif. Bahkan, beberapa benda berkarat bisa dibersihkan dengan larutan asam saking kerasnya. Nah, ketika mengenai jaringan tubuh kita, misalnya kulit, larutan itu akan beraksi dan seketika membakar kulit. Gejala dan rasa terbakar itu biasa disebut chemical burn.

Meski kamu nggak punya haters yang berpotensi menyiram dengan air keras, larutan asam sebenarnya sering kita temui. Salah satunya seperti air aki. Kalau nggak hati-hati saat mengisi air aki, tanganmu bisa ketumpahan air aki. Saat itu terjadi, inilah yang harus kamu lakukan:

Alirkan Air pada Daerah yang Terkena Air Keras

Air mengalir bisaa mengurangi kandungan Air Keras yang menempel pada kulit tanpa harus digosok. Selain itu, air juga memiliki efek pendingin alami dari panas yang dirasakan pada bagian yang terluka. Aliri luka itu dengan air selama kurang lebih 10–20 menit sambil menunggu ambulan atau pertolongan lain datang.

Segera Lepas Barang-Barang di Sekitar Daerah yang Terluka

Karena Air Keras merupakan larutan kimia, nggak menutup kemungkinan kalau larutan ini bereaksi dengan benda di sekitarnya. Misalnya, logam dan emas. Nah, kalau ada perhiasan atau jam tangan di dekat bagian kulit yang terkena Air Keras itu, segera lepaskan perlahan. Jangan sampai mengenai airnya ya untuk mengurangi resiko reaksi tambahan.

Jangan Diberi Pasta Gigi

Pernah tahu luka bakar yang diolesi pasta gigi? Ini adalah penanganan salah kaprah! Memang, pasta gigi akan memberi sensasi dingin pada kulit. Tapi, hal ini justru membuat lukamu semakin parah. Sebab, pasta gigi juga merupakan campuran bahan kimia. Alih-alih dapat sensasi dingin, yang ada luka semakin nggak karuan.

Sumber: Medscape, Live Science | Editor: Ratri Anugrah