etizen.com – Gara gara dinilai menjiplak Logo sebuah teater di Belgia, panitia Olimpiade Tokyo 2020 dan Paralympic Game jepang memutuskan untuk mengganti Logo kompetisi olahraga akbar tersebut. Desain final Logo barunya di umumkan pada Senin 25/4) lalu. Sebelumnya, desainer asal belgia, Olivier Debie mengeluhkan bahwa Logo olimpiade tersebut merupakan ‘curian’ dari desain Logo buatannya.
Logo baru tersebut mendapat sebutan Harmonized Chequered Emblem atau Lambang Kotak-Kotak Harmonis. Pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo menggunakan warna dan pattern tradisional jepang untuk merepresentasikan tema lintas kultur dalam tiap perlombaan yang diselenggarakan. Selain itu, Logo tersebut juga mempromosikan keberagaman sebagai wadah persatuan dunia. “Ini menggabungkan pesan 'unity in diversity’,” ungkap pihak penyelenggara.
Desain tersebut dibuat oleh Asao Tokolo, desainer lulusan Tokyo Zokei University yang karyanya telah banyak dipajang di berbagai ekshibisi. Desain tersebut terdiri dari 45 potongan tajam yang terinterkoneksi membentuk pola kota-kotak yang dikenal sebagai Ichimatsu moyou. Penggunaan warna indigo dimaksudkan untuk mengekspresikan keanggunan dan kecanggihan yang menggambarkan negara Jepang.
"Aku memikirkan tentang sesuatu seperti gambar mewarnai dimana semua orang dapat menambahkan warna mereka sendiri," tutur Tokolo. "Putih diatas warna indigo biru menimbulkan ekpresi clean-cut. Pertandingan ini akan digelar pada musim panas dan daya ingin menambah kesejukannya melalui desain ini," tambahnya.
Terpilihnya desain karya Asao tersebut melalui proses kompetisi desain Logo kedua kalinya yang diselenggarakan pemerintah. Sebelumnya, Logo awal Olimpiade Tokyo yang dianggap plagiat merupakan hasil karya desainer Kenjiro Sano. Nah, untuk kali ini, panitia seleksi desain Logo tersebut memperketat pemeriksaan hak cipta kepada empat calon desain final Logo Olimpiade Tokyo dan memperlihatkannya pada masyarakat internasional.
Yap, negara jepang emang paling teliti dan concern dengan hal yang berhubungan dengan hak cipta. Makanya, plagiarisme adalah hal yan paling terlarang dilakukan di negara tersebut. Sayangnya dalam hal ini, jepang kecolongan dengan meloloskan hasil desain Sano yang menjiplak desain karya Olivier Debie. Hal sepele ini juga turut merugikan negara milyaran Yen dengan terpasangnya Logo tersebut di berbagai media untuk promosi wisatawan Internasional. Yaah, semoga kali ini nggak keulang lagi ya! (japantimes/bbc/ndy/giv)