Are You a Zetizen?
Show Menu

Mahir Berkuda Sekaligus Memanah

Narendra Mg Narendra Mg 29 Nov 2022
Mahir Berkuda Sekaligus Memanah

Zetizen-Panahan berkuda atau horseback archery merupakan olahraga tradisional dari Turki. Olahraga tersebut sudah diakui UNESCO sebagai warisan kebudayaan, lho. Nggak hanya bermanfaat untuk melatih fisik, panahan berkuda juga melatih fokus, kepemimpinan, serta respons dalam menyikapi kuda yang ditunggangi. Ada Arsa Wening Arrosyad dan Arum Nazlus Shobah, duo kakak beradik yang kompak berprestasi dalam olahraga panahan berkuda.Yuk, kenalan sama mereka! (elv/c12/lai)

Gadis berusia 14 tahun itu terinspirasi belajar panahan berkuda karena sang kakak, Arsa. Ketika kakaknya dilatih, otomatis Arum turut diberi busur sendiri. ’’Waktu itu masih kelas II SD, jadi belum serius berlatih. Nah, selama pandemi ini, ayah mengarahkan Arum untuk fokus menguasai berkuda,’’ ungkapnya. Sebagaimana Arsa, dia memulai latihannya dengan busur tradisional.

Arum dilatih kakak iparnya yang juga pernah mendapat Juara 2 Dunia Horseback Archery 2019 di Iran. Melihat kemampuan riding yang berkembang pesat, pelatih menyarankan Arum untuk berlatih horseback archery. ’’Kalau akhir pekan, aku pergi ke stable untuk berlatih. Seminggu bisa dua kali latihan berkuda. Ayah memberikan Arum kuda yang lucu, tapi tinggi. Namanya Ashariah. Kuda itu jadi temanku di kala bosan,’’ tuturnya.

Arum sempat ingin berhenti. Sebab, di tiap pertandingan yang bertemu dengan kakaknya, dia selalu kalah. Apalagi sekitar 2018, belum banyak anak perempuan seumuran Arum yang berlatih tradisional horsebow. ’’Sebagai pemanah berkuda wanita dan berhijab, tentu nggak mudah untuk bergerak secara fleksibel. Baju yang aku pakai harus didesain khusus agar lincah saat berkuda dan memanah,’’ tandas Arum.

Well, panahan berkuda memang nggak mudah dan risikonya tinggi. Buat kamu yang mau belajar, harus sabar dan mengutamakan keselamatan. Semangat!

Arsa, sapaan akrabnya, menekuni panahan berkuda sejak belajar memanah dengan menggunakan busur tradisional. Meski saat itu masih duduk di bangku SD, Arsa menjadi salah seorang anak Indonesia yang menguasai panahan tradisional. Dia bahkan mengikuti turnamen pada kategori dewasa, lho! Arsa kemudian mulai belajar berkuda pada 2019. Dia memberi nama kudanya Wening. Setelah belajar intensif di training center KPBI, barulah Arsa belajar horseback archery.

Siswa kelas IX itu tinggal di asrama sekolah. Dia pulang empat kali dalam setahun. Jadwal latihan Arsa praktis hanya saat libur atau ada turnamen dan mendapatkan izin dari sekolah. ’’Kebetulan barusan punya jadwal rutin dua minggu sekali. Ada lima kuda Arsa yang dibawa ke sekolah dan jadi fasilitas pelatihan untuk murid-murid,’’ tuturnya.

Tentu, belajar panahan berkuda sejak kecil menimbulkan rasa jenuh di titik tertentu. Namun, ayah Arsa selalu punya cara kreatif agar bisa terus konsisten dalam berlatih. Misalnya, dua kali mengirim Arsa ke turki untuk belajar.

’’Menjadi atlet bukan bagian dari cita-citaku. Sebagai penggiat panahan berkuda, olahraga ini mendidikku untuk memiliki jiwa leadership, tanggung jawab, serta peduli sekitar,’’ ungkapnya. Selain panahan berkuda, Arsa gemar bermain voli, futsal dan aktif ikut Pramuka. Dia bakal ikut Jambore Internasional Pramuka di Korea Selatan tahun depan. Wah!

’’Aku punya target untuk memecahkan rekor juara dunia panahan berkuda termuda sebelum berusia 17 tahun,’’ harap Arsa. Untuk mewujudkannya, dia rajin mengikuti kompetisi internasional. Bagi Arsa, prestasi adalah bonus. Kalau mahir dan apa adanya, kompetisi bisa dijalani tanpa beban.

 

 

RELATED ARTICLES

Please read the following article