Zetizen.com – Bagaimana perasaanmu kalau harus kehilangan kakimu di umur 9 tahun karena penyakit? Sedih? Depresi? atau malah bangkit dan membuktikan diri? Kalau pilihanmu adalah yang terakhir, well done berarti kamu termasuk orang yang punya semangat juang tinggi kayak Jessica Emily Quinn. Cewek satu itu sukses jadi salah satu Atlet plus model terkenal asal New Zealand meski hanya memiliki satu kaki.

"Aku nggak pernah menganggap bahwa cerita kankerku ini berbeda dengan yang lain. Tapi aku ingin menunjukan ke banyak orang bahwa pandangan hidup akan sangat membantu mental seseorang,” ujar Jessica Emily Quinn pada Daily Mail.

 

Pada usia yang harusnya sedang aktif-aktifnya, Jessica justru harus menderita osteosarcoma, kanker yang menggerogoti sistem tulang kakinya. Untuk menyelamatkan hidupnya, Dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya. Efeknya jelas, Jessica benar-benar shock waktu merasa dirinya nggak lagi memiliki tubuh yang normal.

Meski demikian, Jess Quinn nggak lama-lama berputus asa. Dengan dorongan dan semangat yang diberikan keluarga dan teman-teman dekat plus kaki buatan, Jess Quinn memutuskan untuk bangkit. 

Hal ini ia rasakan sekitar 5 tahun pasca operasi nya. Kepercayaan dirinya bangkit waktu dia mulai menyadari kalau ia bisa menginspirasi orang banyak. “Aku menyadari bahwa orang-orang tak akan memandang aku sebagai orang yang berbahaya karena kekuranganku. Menurutku mereka sangat penasaran bagaimana hidupku dengan keadaan yang seperti ini,” ujar Jess quinn dalam blognya limbitless.

Dari sinilah, Jess Quinn mulai aktif di dunia olahraga, fashion dan memotivasi banyak orang. Bahkan, beberapa kali dia melakukan photoshoot yang hasilnya nggak kalah dengan model-model professional lain. Selain itu, di akhir tahun 2016 lalu, Jess Quinn berhasil memenuhi keinginannya untuk bisa berlari sepanjang 10 km dengan bantuan Prosthetic Limb.

Nah, kalau Jess Quinn aja bisa pede sama segala kekurangannya, masa kamu yang normal dan lengkap masih suka mengeluh dan malas-malasan? 

Source: Dailymail, Limbitless | Editor: Bogiva