zetizen

Pahit Kopi Tak Sepahit Farewell AZOTY

Zetizen National Challenge

 

foto: Ivan/Zetizen Team

WELLINGTON, Zetizen.com  – Genap sudah sembilan hari kebersamaan Alpha Zetizen of the Year 2017 Goes to New Zealand. Mereka menghabiskan saat terakhir di Wellington pada Sabtu (2/11) dengan city tour dan melihat pembuatan kopi di Ripe Coffee. Jason Hall, sang pemilik, dan Vincent sebagai assistant roaster menyambut kedatangan AZOTY dengan ramah.

Tak sekadar datang, mereka pun turut diberi kesempatan mencicipi tiga jenis kopi berbeda, yakni West Java, Honduras asal Amerika, dan Ethiopia. Anyway, kopi yang dicoba murni tanpa dicampur susu atau apa pun. Disajikannya pun secara dingin supaya aromanya lebih tercium. Wajah AZOTY sempat berubah masam karena rasa strong yang muncul di lidah, hihi.

Menurut James, tren konsumen internasional saat ini adalah muncul rasa ingin tahu asal kopi tersebut. Bukan cuma itu, bahkan hingga seberapa sejahtera petani yang membudidayakannya. Oh ya, Jawa Barat memiliki pusat di mana para petani bisa membawa langsung dan mengecek kualitas serta deal harga kopi tanpa perantara. Ripe Coffee pun telah bekerja sama dengan Jawa Barat selama tiga tahun. Wow!

foto: Ivan/Zetizen Team

Sambil melihat proses green coffee di-grill, James dan Vincent menjelaskan, jika ingin menemukan rasa baru, kamu bisa mengombinasikan beberapa jenis kopi. Soalnya, setiap jenis memiliki taste yang berbeda. Ternyata banyak banget fakta yang memengaruhi rasanya. Mulai jenis biji kopi, lokasi ketinggian kopi ditanam, pemetikan, hingga karamelisasi saat grilling.

Ripe Coffee selalu hunting berbagai jenis kopi unik di berbagai negara. Kopi dari Amerika dan Brazil punya paling banyak peminat. Yang paling pricey adalah Panama Geisha yang harga 1 kilogramnya bisa mencapai 100$ NZD.

”Kopi Kotamobagu yang lokasi penanamannya sekitar empat jam dari Manado sebenarnya enak banget. Sayangnya, belum terekspos luas kayak jenis lainnya. Nah, tadi dia minta kontak Papa setelah aku cerita karena teman dia punya kebun kopi besar. Siapa tahu kopi kami jadi makin dikenal luas,” kata Fenyo Ezra, AZOTY asal Sulawesi Utara.

Para Azoty terbawa suasana ketika farewell party di New Zealand Trade and Enterprise (foto: Ivan/Zetizen Team)

But, rasa kopi ternyata nggak sepahit farewell yang dilaksanakan pada hari yang sama di gedung New Zealand Trade and Enterprise (NZTE). Tim Anderson selaku komisioner New Zealand Trade and Enterprise mengaku bangga dan akan menunggu prestasi para AZOTY di masa mendatang.

”Aksi positif yang kalian lakukan melebihi ekspektasi dan mindset anak seusia kalian pada umumnya. Setelah pulang ke Indonesia, kalian punya tanggung jawab membawa ilmu untuk teman, keluarga, dan lingkungan sekitarmu,” ungkap Tim.

Speech yang dibawakannya berhasil membuat beberapa AZOTY menitikkan air mata. Suasanya makin haru ketika satu per satu peserta saling berpelukan dan mengucapkan perpisahan. Sepuluh hari bersama di negeri orang berhasil membuat ikatan 34 anak istimewa dari setiap provinsi se-Indonesia terasa erat.

Mereka pun diberi silver fern pin asal New Zealand yang biasanya digunakan para menteri ketika kunjungan ke negara lain. Mereka resmi menjadi duta kehormatan New Zealand bagi provinsinya.

Finally, program Alpha Zetizen Goes to New Zealand 2017 resmi berakhir. Semoga perjalanan tersebut nggak hanya memberikan pengalaman secara visual, namun turut memberikan pelajaran yang bisa dirasakan dan ditanam dalam hati. See you when we see you!