Zetizen-Pekan olahraga Nasional (PON) XX telah selesai digelar 15 Oktober lalu. Ajang olahraga yang terselenggara di Jayapura, Papua, itu menjadi panggung debut untuk atlet-atlet muda berbakat. Di usia yang masih belia, mereka berhasil meraih prestasi luar biasa, lho! Yuk, kenalan sama atlet muda berikut! (elv/c12/lai)
Zoura Nebulani mulai menekuni olahraga wushu karena terinspirasi dari orang tua dan pamannya yang tak lain adalah atlet wushu. Dia mengenal wushu sejak berusia tiga tahun, lho! Sejak itu pula dia dilatih dan dipersiapkan dengan matang.
Hasil kerja kerasnya terbayar dengan berbagai prestasi yang berhasil ditorehkan di kejuaraan internasional junior. Zoura mendapat medali emas di Kejuaraan Dunia Makau 2021, medali emas di Kejuaraan Asia Filipina 2013, medali emas di Kejuaraan Dunia Turki 2014, medali emas di Kejuaraan Asia Mongolia 2015, dan medali perunggu di Kejuaraan Dunia Bulgaria 2016.
Capaian gemilang tersebut tak lantas membuat pendidikannya terganggu. Saat ini Zoura tengah menempuh pendidikan SMA melalui homeschooling. Dia tetap semangat berlatih sekaligus belajar. ’’Menurutku, tantangan dalam berkarya adalah rasa bosan dan cedera. Sebab, cedera adalah musuh terbesar dari seorang atlet dan tentu akan sangat menghambat perkembangan,” tutur remaja 17 tahun itu.
Baru-baru ini, Zoura menjadi atlet wushu taolu termuda yang mengikuti kejuaraan profesional PON XX Papua. Latihannya berbuah manis ketika dia meraih 1 medali emas dan 1 medali perunggu. ’’Senang sekali bisa menjadi juara, aku nggak menyangka karena lawannya jauh lebih senior dan berpengalaman. Selama bertanding, aku hanya berusaha menampilkan permainan terbaik,’’ ungkapnya.
Atlet asal Bogor itu berharap dapat mendorong diri sendiri dan anak muda lainnya untuk terus semangat dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. ’’Apa pun yang terjadi, tetap semangat dan berjuang demi apa yang kita kejar. Ayo bekerja keras untuk menjadi generasi yang berprestasi dan membanggakan Indonesia dalam segala bidang,’’ pesan Zoura. wushu beyond medal, money, fame, and glory, wushu is life in harmony.
’’Aku memulai olahraga Panjat Tebing untuk mengisi waktu luang,’’ ujar climber muda yang akrab disapa Ujang itu. Dia kemudian kembali fokus berlatih setelah menamatkan pendidikannya. Latihan yang ditekuni meliputi latihan fisik, memanjat, dan gym.
’’Motivasiku adalah mengangkat derajat orang tuaku. Senang sekali rasanya bisa melihat mereka bahagia saat melihatku naik podium juara,” ungkapnya. Karena itu, Ujang berlatih dengan keras agar tidak mengecewakan orang tuanya.
Salah satu tantangan tersulit yang pernah dialaminya adalah saat memutuskan ke Bandung untuk berlatih. ’’Berangkat dari Sumedang, cukup sulit mencari tempat tinggal dan waktu itu aku nggak punya bekal. Aku harus belajar survive dan mencari makan sendiri, hingga sekarang aku sudah mempunyai tempat tinggal,” kisah Ujang.
Meski baru berusia 20 tahun, Ujang sudah meraih berbagai prestasi. Di antaranya, medali perak Porda Jabar 2018 di kategori Speed Classic beregu dan medali perunggu di kategori Speed World Record Relay, medali perak EISCC 2019 di kategori Speed Classic perorangan, dan terbaru medali emas di PON XX Papua 2020.
Saat berhadapan dengan Aspar Jaelolo di semifinal PON XX, Ujang berhasil meraih catatan waktu 5,14 detik. Kontingen Jawa Barat itu bahkan mengalahkan catatan waktu Veddriq saat tampil di final Piala Dunia Panjat Tebing Salt Lake City, Amerika Serikat, yakni 5,20 detik. Namun, masih banyak tahapan yang harus dilalui Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) agar rekor tersebut bisa diakui Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC).
Capaian itu semakin memotivasi Ujang untuk memecahkan rekor di ajang internasional. Ke depannya, dia akan terus berlatih dan berlaga di berbagai pertandingan. ’’ Tetap semangat dan perjuangkan apa yang kamu inginkan!’’ tandasnya