Zetizen.com, Pontianak – Siapa yang nggak kenal Muzammil Hasballah? Nama Imam Muda kelahiran Sigli, Nangroe Aceh Darussalam, ini dikenal dari video-videonya di YouTube saat dia mengimami sholat. Kamis lalu (8/6), Muzammil memimpin sholat Isya dan Tarawih di Masjid Raya Mujahidin Pontianak. Yuk, kenalan lebih dekat!
Humble, cerdas, dan sederhana. Itulah kesan pertama saat Tim Zetizen Pontianak berjumpa dengan Muzammil. Saat memimpin sholat yang diikuti ribuan jamaah di Pontianak, suaranya menenangkan. Nggak heran kalau banyak yang takjub dengan kemampuannya melantunkan ayat suci Alquran. Dia pun jadi idola baru dan diundang ke kota-kota untuk jadi imam.
Keahliannya melantunkan Alquran itu ternyata diperoleh Muzammil sejak kecil. Dia mulai belajar membaca Alquran sejak berusia dua tahun dengan ibunya. Memasuki bangku SD, Muzammil belajar di Taman Pendidikan Alquran (TPA). Dia ikut berbagai kompetisi seperti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), Festival Anak Sholeh, dan lomba sholat berjamaah dimana dia ditunjuk sebagai imam.
Saat SMP, Muzammil bergabung dengan rumah tahfidz Madrasah Alumul Quran, khusus untuk menghafal Alquran. Setelah sekolah biasa sampai siang, dia lanjut menghafal sore sampai malam. Muhammil memasang target 30 juz dalam tiga tahun. Setiap hari minimal menghafal 1 halaman,1 juz per bulan, 10 juz per tahun.
Putra bungsu pasangan Drs H. Hasballah Usman (alm) dan Dra. Hj. Hasnidar Sulaiman ini kuliah di Teknik Arsitektur ITB. Meski merantau ke Bandung, dia nggak meninggalkan ajaran-ajaran agama yang diterapkan dalam keluarganya. Dia pun aktif di masjid Salman, masjid di kampusnya. Semester satu, Muzammil sudah didaulat sebagai imam sholat di masjid itu.
Hmmm... Sudah sholeh, santun, pintar lagi. Suami-able banget kan? He he he. Meski begitu, ternyata Muzammil sama kok seperti anak-anak muda lain. Dia suka pakai celana jeans dan kemeja flanel. Tapi, dia nggak lupa dengan topi kupluk dan syal andalannya. Muzammil juga suka main skateboard dan bersepeda. Ternyata, hal itu nggak lepas dari usaha Muzammil mengajak anak-anak muda lain berhijrah. Dia pun bergabung dengan gerakan Pemuda Hijrah yang bermarkas di dekat masjid Al Lathiif Bandung.
Sekarang, karena sering diundang di berbagai kota untuk jadi imam sholat, cowok gaul dan santun ini lebih memilih memakai pakaian takwa atau yang disunahkan. “Semua tergantung kebutuhan dakwah. Ketika saya menjadi imam di kota lain, tentu saya akan dilihat sebagai panutan, jadi pakaian berjubah sudah mulai saya galakkan sekarang,” terangnya.
Kedatangan kedua Muzammil di Pontianak kemarin mendapat sambutan sangat baik, khususnya dari anak mudanya. Dia berharap euforia itu nggak cuma sesaat. Dia berharap anak-anak muda di Pontianak akan tetap suka ke masjid tanpa melihat siapa imamnya.
Penulis: Diera Grandistasya | Fotografer: Fiqrie Yudhistira