Kopi itu selalu asik untuk di-PDKT-in. Jangan mengaku pecinta kopi kalau masih malu-malu kucing untuk berkenalan dengannya. Thanks to Scrambler Café, puluhan pecinta kopi di Jakarta berbondong-bondong memadati kedai yang terletak di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, tersebut pada Minggu (19/3). Mereka pada PDKT dengan kopi.
Nah, di acara yang mengangkat tema “Mengenal kopi Dari Berbagai Sudut Pandang” itu, beberapa pakar asyik membagikan bahan obrolan. Sebut saja Eko Purnomowidi (Klasik Beans) dan Mirza Luqman (Q Grader Roaster & Brewer). Dua sosok ini sibuk buka-bukaan tentang kopi yang informasinya rata-rata masih sangat jarang diketahui khalayak. Dari hulu (kebun) hingga hilir (kedai). Sadis!
Dalam 10 tahun terakhir, dunia perkopian di Indonesia memang mendapat angin segar. Biji kopi berkualitas mulai “tersemai” di pasaran, roaster handal kian jamak, barista kian menjamur, dan jumlah penikmat kopi terus bertambah. TGFC, Thank God for Coffee!
FYI, menurut Eko biji kopi dari Indonesia kian diminati dalam bursa perdagangan kopi internasional. Dan kamu juga harus tahu, dalam pasar kopi internasional, hampir semua biji kopi dari Indonesia dihargai dengan tinggi -sangat tinggi- jauh melebihi biji kopi dari negara lain!
“Kenapa bisa mahal? Karena biji kopi dari Indonesia, kayak kopi Gayo, Toraja, Kintamani, dan lainnya punya cita rasa yang spesial. Kenapa bisa spesial? Karena tanah di Indonesia bagus banget, makanya biji-biji kopinya berkualitas tinggi,” jelas pria yang juga menekuni bisnis ekspor biji kopi itu. Menurutnya, semakin bagus penggarapan kopi di bagian hulu, akan semakin berkualitas biji kopi yang dihasilkan.
Eko, yang siang itu ditemani kawannya, Megan, memang menceritakan seluk beluk yang terjadi di bagian hulu dunia perkopian. Mulai dari kriteria lahan yang pas untuk menanam, cara penanaman pohon kopi yang tepat (secara sains), merawat kebun yang benar, sampai perjuangan mereka meningkatkan kesejahteraan para petani. Selengkapnya bisa kamu baca di sini.
Sementara Mirza sibuk menceritakan tentang bagian hilir, seperti petualangannya mencari biji kopi yang terbaik, coffee roasting and cupping, sampai hospitality para barista di dalam kedai. Komplit!
Hangatnya udara Jakarta siang itu membuat suasana PDKT semakin intens. Berbagai pertanyaan dan opini dilontarkan para pecinta kopi secara bergantian. Semuanya mencoba melebur dalam perbincangan yang dilangsungkan sembari duduk-duduk manja di lantai kedai. Sangat guyub.
“Saya rela bayar biji kopi lebih mahal dari seharusnya jika saya tahu kopi itu hasil dari proses (penanaman dan perawatan, Red) yang baik. Karena saya termasuk yang menghargai proses,” kata Mirza saat ditanya tentang pengalamannya dalam mendapatkan biji kopi berkualitas. Menurut pria yang juga merupakan cupper (pencicip kopi) tersebut, untuk bisa mengembangkan industri kopi yang sustainable diperlukan dukungan dari hulu ke hilir, pun begitu sebaliknya.
Sesi PDKT dengan kopi sore itu ditutup dengan praktik cupping secara langsung yang diarahkan oleh Mirza. Jakarta (atau bahkan Indonesia) butuh lebih banyak sesi PDKT yang kayak begini! (*)