Zetizen.com - Kata orang, zaman sekarang ini zamannya kreatif atau mati. Dan karena kebanyakan orang kayaknya nggak pengin mati, menjadi kreatif adalah pilihan satu-satunya. Nah, buat mewadahi membludaknya anak-anak muda kreatif di Indonesia, Valley of Champions pun digelar sebagai lahan unjuk gigi penggemar musik, visual art, fashion, dan fotografi. Dari namanya, udah kebayang dong seseru apa acara yang satu ini? Intip aja yang berikut ini nih.
Salurkan Kreatifitas yang Belum Terekspos
Siapa yang nggak mengakui, pemuda Indonesia, emang memiliki kreativitas yang tinggi. Hal yang bukan apa-apa bisa menjadi sesuatu yang wah, hingga kita yang menyaksikan cuma bisa bergumam ‘ada-ada saja.
Sayangnya, banyak juga aksi kreativitas dan bakat anak-anak muda tersebut yang justru belum ter-expose. Terutama buat mereka yang aktif di seni yang masih belum mainstream. Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia pun juga merasakan hal ini. kebutuhan akan wadah penyalur kreativitas itulah yang selanjutnya dilirik oleh Valey of Champions, sebagaimana diutarakan oleh ketua penyelenggaranya.
“Dunia kreatif di Surabaya emang terlihat. Tapi masih kurang media nunjukin potensi-potensi yang jarang terekspos, seperti misalnya seni resin dan sashiko.” tutur Eri Rukmana, project leader dari Valley of Champions.
Hayo, udah pernah tahu tentang seni cetak resin dan seni jahit sashiko belum? Wajar kalau kamu belum tahu. Karena memang, belum banyak seniman atau praktisi yang bener-bener mendalaminya. Karena itu lah Eri mewadahinya lewat Valley of Champions.
FYI, resin itu adalah seni membentuk dari cairan kimia resin dan katalis. Nggak cuma sekedar prakarya iseng, resin ini bener-bener bisa jadi karya yang berfungsi loh! Misalnya kayak yang dilakukan oleh Annisa Intan Kumalasari yang tengah mendalami seni resin jewelry.
“Kalau bikin resin jewelry, kita memakai resin bening lalu dikeraskan dan dicetak. Di dalamnya kita kasih ornamen bisa dari gliter, manik-manik, dan lain-lain terserah kreasi kita. Hasil akhirnya bisa jadi gelang, kalung, anting, maupun hiasan biasa.” kata Intan yang juga mengisi workshop resin di valley of champions ini.
Meski memang cukup sulit untuk dipelajari, Seni resin ini justru semakin rewarding begitu diseriusi. Menurut Intan, semakin lama seseorang berlatih, maka ciri khas karyanya akan semakin terlihat.
“Perbanyak jam terbang, nanti bisa tahu-tahu sendiri campuran yang pas. Jadi bisa bikin karakter sendiri gitu. Tapi harus konsisten, karena kalau agak lama nggak main nanti lupa loh..” canda Intan.
Nah selain resin, valley of champions juga memberikan wadah bagi seni menjahit sushiko buat melakukan workshop.
“Sashiko asalnya memang dari Jepang, awalnya diaplikasikan di Kimono. Tapi tahun 2005-an mulai masuk Indonesia, bersamaan dengan ngetrennya Denim. Jadi di Indonesia, sashiko biasanya dilakukan pada Denim.” kata Faridzh Mulyana, pengrajin sashiko yang mengisi workshop dalam Valley of Champions.
Nah berhubung seninya adalah menambal baju-baju bekas, Faridzh menekankan kalau kamu harus kebal sama underestimate dari teman ketika mengenakan pakaian ber-sashiko. Dengan kata lain, kamu harus pede guys!
“Memang kita harus pede, karena orang awam mungkin ngelihat kita seperti ‘gembel’. Padahal, sashiko itu punya eksklusifitas sendiri bagi yang mengerti. Karena, kita bebas mengeksresikan diri.” sebut Faridzh.
Buat menambah suasana meriah acara, valley of champions juga mengundang band grindcore beken asal Bandung, Rajasinga sebagai guest star. Penampilan Rajasinga juga didahului oleh beberapa band lokal Surabaya sehingga menambah nuansa kekeluargaan sesama seniman selama acara berlangsung.
Jadi intinya, selain mempopulerkan sendi yang belum banyak dikenal, valley of champions juga sukses menghibur para pengunjung dengan berbagai pertunjukan seni yang ditampilkan. Cool, right!
Edited by Bogiva