Zetizen.com – Pada tahun-tahun sebelumnya, Orange Tulip Scholarship hanya untuk lulusan S1 yang ingin melanjutkan S2 di Belanda. Tapi, tahun ini, lulusan SMA/sederajat juga bisa mendaftar untuk melanjutkan S1 di sana. Kenapa harus kuliah di Belanda? Yuk, simak cerita Archie Swasti yang baru menyelesaikan studinya dengan Orange Tulip Scholarship ini!
Z: Hai, Kak! Kenapa kok kuliah di Belanda?
A: Sebenarnya, setelah lulus S1 Ekonomi Manajemen di Universitas Indonesia, aku punya target dua negara untuk melanjutkan S2. Yaitu, Inggris dan Belanda. Lalu, aku berpikir, kalau kuliah di Inggris, setiap hari aku berbicara bahasa Inggris dong. Kurang ada tantangan he he. Sedangkan di Belanda, aku bisa sekalian belajar bahasanya dan mengenal budayanya.
Z: Lalu, kenapa memilih Orange Tulip Scholarship (OTS)?
A: OTS tuh beasiswa dari gabungan beberapa Institusi Pendidikan Tinggi Belanda. Jadi, pilihan universitasnya banyak. Salah satunya adalah University of Amsterdam (UoA) yang aku pilih untuk melanjutkan studi bisnis administrasi. Oh ya, beasiswa yang dikasih tiap universitas nggak sama ya. beasiswa yang aku dapat full biaya kuliah aja. Jadi, aku harus pintar me-manage uang beasiswa.
Z: Apa bedanya OTS dengan beasiswa lain?
A: Bisa dibilang program beasiswa ini lebih simpel kalau dibandingkan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Sebab, syarat utamanya cuma kita harus punya Letter of Achievement (LoA) dari universitas yang kita tuju alias harus diterima dulu di sana. Menurutku sih ini lebih gampang daripada harus ikut seleksi nasional dulu yang super ketat dan banyak tes. beasiswa OTS ini recommended banget deh buat kamu yang pengin sekolah di Belanda tanpa ribet. Apalagi, tahun ini dibuka program buat studi S1 loh!
[Baca juga: Belajar ke Belanda Melalui Holland Scholarship]
Z: Wah, beneran nggak harus melewati banyak tes?
A: Iya! Waktu aku mau melanjutkan S2, syaratnya cuma Graduate Management Admissions Test (GMAT) sesuai jurusan dan IELTS. Yang dipakai buat daftar beasiswa OTS ya LoA. Selain itu, sama seperti beasiswa kebanyakan, kamu juga harus melampirkan motivation letter, recommendation letter, dan transkrip nilai. Nggak ada tes, langsung pengumuman. Untuk penjelasan lebih lengkap, langsung cek di web OTS aja.
Z: Selain gratis biaya kuliah, apa lagi benefit yang didapat?
A: Pastinya sih kita mendapat setifikat. Oh ya, ada perbedaan seru antara OTS sama beasiswa lain semacam LPDP. Setelah lulus, penerima LPDP kan harus langsung pulang. Sedangkan penerima OTS malah di-encourage buat cari pengalaman dulu. Alasannya supaya ilmu yang didapat bisa diaplikasikan dulu sebelum pulang. Jadi, kita nggak cuma bawa ilmu dan ijazah, tapi juga pengalaman.
Semua mahasiswa penerima OTS juga berhak ikut kerja part time (paruh waktu). Tapi, tiap mahasiswa cuma boleh bekerja maksimal 10 jam dalam satu minggu. Kalau aku sih nggak mengambil part time karena takut nggak konsentrasi kuliah he he.
Z: Wih, enak banget ya! Bagi-bagi tips dong, Kak, buat Zetizen yang pengin melanjutkan kuliah di Belanda.
A: Buat yang mau kuliah di luar negeri, mending cari negara yang jauh deh biar nggak gampang homesick (kangen rumah, Red). Nah, aku merekomendasikan Belanda karena biaya hidupnya murah dibandingkan negara lain di Eropa.
Selama setahun di Belanda, yakni 2014–2015 , aku bertahan hidup dengan tuition fee. Yap, penerima OTS di UoA emang nggak mendapat living cost (biaya hidup). Tapi, dibandingkan universitas lain, UoA memberikan 100 persen biaya kuliah. Jadi, aku benar-benar berhemat selama di sana. Misalnya, aku jarang jajan di luar dan naik sepeda. Tenang, jalanan di Belanda mendukung banget kok buat bersepeda.
Surprisingly, kebiasaanku selama di sana bisa mengubah cara berpikirku dan caraku menjalani hidup setelah kembali ke Indonesia.
Well, berarti, sekolah di luar negeri itu nggak semata-mata buat menaikkan prestis, guys. Banyak hal yang bakal kamu dapatkan di sana. Baik untuk kamu sendiri dan pastinya untuk Indonesia. Yuk, mulai berpikir kalau belajar di luar negeri itu nggak impossible. (dhs/rat)