Zetizen.com, Jakarta - Waah parah nih. Saking sepinya peneliti dari Indonesia buat ke kancah internasional, pemerintah berupaya menggenjot jumlah publikasi internasional dari para peneliti Indonesia. Salah satu caranya, menjanjikan imbalan Rp 100 juta bagi penelitian berkualitas yang masuk jurnal internasional.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mengatakan, jumlah kampus di Indonesia 4.500-an unit. Namun, jumlah publikasi yang terindeks di jurnal internasional hanya sekitar 5.000 judul. ’’Ini kecil sekali. Perlu digenjot,’’ kata dia kemarin (14/4).
Untuk meningkatkannya, Kemenristekdikti mengalokasikan hadiah publikasi internasional Rp 100 juta untuk seorang peneliti. Syaratnya, karya publikasi harus masuk di jurnal internasional yang diakui dan memiliki skor impact factor 5 poin. Jika skor impact factor itu kurang dari 5, peneliti akan diberi uang sekitar Rp 50 juta.
Nasir mengatakan, impact factor itu bukan penilaian dari Kemenristekdikti. Namun, penilaian dari masyarakat luas yang mengakses jurnal tersebut. Dengan demikian, indikator skor atau indeks impact factor tersebut cukup fair untuk menjadi acuan penilaian.
Hingga saat ini, lanjut Nasir, sudah ada 4.000 judul publikasi ilmiah di jurnal internasional yang didaftarkan untuk mendapatkan hadiah itu. Mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip) tersebut menjelaskan, kuota pemberian hadiahnya terbatas. ’’Anggaran yang tersedia tahun ini Rp 50 miliar,’’ katanya. Namun, dia berjanji, jika program pemberian hadiah itu berdampak positif, anggarannya akan dinaikkan menjadi Rp 100 miliar.
Nasir berharap peneliti tak lagi menganggap meneliti tidak bisa menghasilkan uang. Dia meyakinkan bahwa peneliti harus diberi insentif supaya memacu terus berkarya. Selain itu, membuat rekan peneliti lainnya berlomba-lomba untuk melakukan riset.
Dirjen Penguatan riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenristekdikti Muhammad Dimyati menjelaskan, saat ini pihaknya berada di tahap menilai judul publikasi ilmiah yang masuk. Setelah penilaian rampung, akan segera diumumkan pemenangnya. ’’Sekaligus dibayarkan uang hadiahnya,’’ katanya.
Dimyati mengatakan, program itu tidak hanya bisa dinikmati dosen-dosen PNS. Tetapi juga dosen yang non-PNS, baik di kampus negeri maupun swasta. Dia berharap, dengan adanya pemberian penghargaan itu, jumlah publikasi ilmiah di Indonesia bisa menyalip Singapura, Malaysia, hingga menjadi pemimpin di ASEAN. ’’Sumber daya dosen di Indonesia berlipat-lipat bila dibandingkan dengan negara tetangga,’’ ujarnya. Ayoo dong teman-teman Zetizen ada yang berminat jadi peneliti nggak sih?
(wan/agm jawapos/zet)