Zetizen.com - Kali ini Zetizen akan berbagi cerita tentang serunya jadi
solo travelling
keliling Eropa saat liburan. Salah satu mahasiswa Indonesia Agie Nugroho yang lagi menempuh studi Masters of Public Policy (MPP) di The University of Edinburgh bakal sharing pengalamannya selama di sana. (zet)
Perbedaan jadwal kuliah, masa study break, sampai interest terhadap destinasi tujuan kerap menjadi faktor-faktor utama mengapa mahasiswa Indonesia yang berkuliah di UK memilih untuk menghabiskan waktu liburan musim dingin dengan bepergian sendirian (solo traveller). Berkuliah di Universitas Edinburgh, Skotlandia, yang berlokasi di belahan utara Britania Raya, membuat saya lebih tertarik untuk mengunjungi kota-kota di Inggris di daerah selatan. Semenjak tiba di Negara Ratu Elizabeth empat bulan lalu, hingga kini saya telah mengunjungi lebih dari 10 kota. Menariknya, sebagian kota-kota besar dan ternama seperti London, Manchester, Liverpool, Oxford, Cambridge, dan York telah saya jelajahi sendirian.
Selain mempunyai kelebihan dalam perencanaan dalam menentukan tujuan perjalanan, Artikel ini membahas alasan-alasan lain mengapa menghabiskan liburan dengan menjadi solo-traveller dapat menjadi pertimbangan menarik yang membuat kita dapat lebih “menjadi manusia”, terutama saat mengalami pengalaman-pengalaman seru yang mungkin tidak akan kita didapatkan ketika bepergian dengan kelompok besar.
Lebih Sering Berinteraksi dengan Orang Asing
Tidak ada teman seperjalanan membuatmu lebih sering mengajak ngobrol orang yang sama sekali tidak kamu kenal sebelumnya. Strangers yang menjadi lawan bicaramu bisa saja teman satu bis hingga orang setengah mabuk yang kamu temui saat menunggu di terminal. Alhasil, kamu akan lebih sering menambah teman-teman baru yang tidak terduga di tempat destinasi yang kamu kunjungi. Di lain sisi, kamu akan lebih mandiri sekaligus waspada terhadap diri kamu sendiri, sebuah hal yang mungkin lebih jarang dilakukan apabila bepergian dengan teman-teman yang sudah akrab sebelumnya
Lebih Sering Minta Tolong
Tidak merasa sungkan untuk meminta bantuan orang lain adalah hal yang sangat perlu dilakukan ketika bepergian sendirian. Mulai dari minta tolong difotoin orang (kelemahan terbesar traveling sendirian!), hingga mengakses layanan publik seperti transportasi. Di Negara maju seperti Inggris, hampir semua layanan publik tersedia dalam bentuk self-service (seperti mesin cetak tiket dan kasir super market). Walaupun semua informasi tersedia lengkap di internet, terkadang bertanya dan meminta petunjuk dari seseorang sangat perlu dilakukan untuk memuluskan perjalanan kita. Pengalaman saya sendiri adalah curhat ke petugas stasiun untuk meminta ijin masuk kereta yang berangkat lebih awal karena tidak yakin rencana keberangkatan kereta saya akan sampai on time dengan keberangkatan pesawat di saat sebagian kota di Inggris terkena musibah banjir Desember lalu (percayalah, seringkali Plan A tidak sesuai rencana saat bepergian!).
Self-driving Ketika Membuat Keputusan Secara Cepat dan Tepat!
What if the Plan A doesn’t work? Yang namanya solo-traveller pasti akrab dengan situasi dimana kita harus segera menentukan pilihan dalam waktu yang sangat singkat. Disaat tersesat di kota mega-metropolitan seperti London misalnya, ketika baterai kamu hanya tersisa 25% dan power bank sudah habis dipakai, (again) berinteraksi dengan sesama manusia adalah hal yang tidak mempunyai limitasi terhadap koneksi dan baterai seperti google map dalam mengambil keputusan mengambil rute tube alternatif! Trust me, Google Map is not always perfectly accurate to guide us!
Meningkatkan Rasa Kemanusiaan
You never know how does it feel to be poor before you have no option besides resting roughly during the journey! Pernah gak sih berpikir gimana rasanya ga punya rumah? Tinggal di jalanan dan berharap pertolongan dari seseorang? Bisa kamu rasain sebentar ketika satu-satunya opsi untuk beristirahat di ruangan indoor tanpa harus mengeluarkan sepeserpun uang adalah masjid. Hangatnya teh yang diberikan oleh para pengurus masjid Cambridge ketika berisitirahat di tengah hujan deras menyadarkan saya bahwa kita tidak perlu memandang bulu untuk memanusiakan manusia.
Lebih Menghargai Sebuah Pertemuan
Entah dengan sesama solo traveller atau dengan kolega yang menjadi penduduk sekitar di tempat yang kamu singgahi. Sebuah jalin pertemanan yang tercipta dari sebuah perjalanan.